Hantu Perempuan Dominasi Film Horor Indonesia Bukti Kentalnya Budaya Patriarki

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 13 Juni 2022 | 15:59 WIB
Hantu Perempuan Dominasi Film Horor Indonesia Bukti Kentalnya Budaya Patriarki
Badarawuhi, Karakter Hantu Cantik di Film KKN Desa Penari yang Diperankan Aulia Sarah (instagram/kknmovie)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menurut Justito Adiprasetio dan Annissa Winda Larasati dari Universitas Padjadjaran film-film horor Indonesia sering menampilkan perempuan sebagai hantu, monster sekaligus korban. Akibat kentalnya budaya patriarki dan misogini. Berikut studi keduanya:

Film horor KKN di Desa Penari baru-baru ini menarik perhatian masyarakat, terutama kalangan muda, dengan menjadi film dengan penonton bioskop terbanyak sepanjang masa di Indonesia. Jumlah penontonnya menembus 8,6 juta orang.

Seperti sebagian besar film horor di Indonesia, sosok hantu di film ini identik dengan perempuan, yaitu sosok Badarawuhi dan Mbah Dok.

Sebelumnya, ada film Pengabdi Setan (2017) yang sempat laris di tanah air dan menjadi contoh kesuksesan horor kontemporer Indonesia karena berhasil meraih 4 juta penonton di bioskop. Film ini juga menempatkan perempuan sebagai hantu.

Sejak film Lisa (1971) mewarnai layar sinema Indonesia, film-film horor Indonesia mengalami dinamika dari segi narasi dan sinematografi (teknik perfilman).

Film horor kontemporer Indonesia pasca reformasi, seperti Kuntilanak (2006), Suster Ngesot the Movie (2007) dan Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur (2018), secara dominan menampilkan hantu perempuan sebagai antagonis.

Narasi hantu pada film horor yang diproduksi tahun 1970-an identik dengan narasi horor legenda yang berasal dari folklore (cerita rakyat atau budaya). Sementara, sejak tahun 2000-an, narasinya lebih identik dengan urban legend (legenda urban atau kontemporer).

Namun, terlepas dari aspek narasi dan sinematografinya, film-film horor Indonesia masih tetap memiliki nafas yang sama: cenderung menempatkan perempuan secara dominan sebagai hantu.

Kita melihat bahwa perempuan menjadi unsur dominan dalam ketakutan yang dihadirkan oleh film-film horor tersebut. Citra perempuan dalam film horor kerap kali ditempatkan sebagai sosok yang negatif.

Baca Juga: 8 Fakta Film Ivanna, Selain Indonesia Bakal Tayang di 3 Negara Ini

Ini menunjukkan bahwa hingga kini, masih ada ketimpangan representasi hantu perempuan dan laki-laki dalam sejarah film horor Indonesia yang disebabkan oleh kentalnya budaya patriarki dan misogini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI