NASA Siap Tugaskan Ilmuwan Lakukan Studi Pertama Bahas UFO

Dythia Novianty Suara.Com
Senin, 13 Juni 2022 | 06:26 WIB
NASA Siap Tugaskan Ilmuwan Lakukan Studi Pertama Bahas UFO
Ilustrasi kantor NASA. [Jahsie Ault/Unsplash]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pertama kalinya, NASA akan menugaskan tim ilmuwan untuk mempelajari "fenomena udara tak dikenal" - bahasa sehari-hari dikenal sebagai UFO - untuk kepentingan keamanan dalam negeri.

Administrasi ruang angkasa merinci misi perintis dalam siaran pers baru-baru ini yang diposting di situs web mereka.

“NASA percaya bahwa alat penemuan ilmiah sangat kuat dan berlaku di sini juga,” kata Thomas Zurbuchen, administrator sains asosiasi di markas besar NASA di Washington, DC, Amerika Serikat.

Menurut laporan tersebut, penelitian terobosan ini akan menelan biaya tidak lebih dari 100.000 dolar AS atau sekitar Rp 1,46 miliar.

Mengambil fokus pada mengidentifikasi data yang tersedia dan bagaimana NASA dapat menggunakan data itu untuk memajukan pemahaman ilmiah tentang UAP.

Misi pengintaian UFO diilhami oleh fakta bahwa jumlah pengamatan UAP yang tercatat terbatas, sehingga sulit menarik kesimpulan ilmiah tentang peristiwa semacam itu.

Ilustrasi UFO (Pexels/willbot studios)
Ilustrasi UFO (Pexels/willbot studios)

“Mengingat kurangnya pengamatan, tugas pertama kami hanyalah mengumpulkan kumpulan data paling kuat yang kami bisa,” kata astrofisikawan David Spergel, yang akan mempelopori misi tidak konvensional tersebut.

Pihaknya akan mengidentifikasi data apa yang ada, apa lagi yang harus dikumpulkan dan cara terbaik untuk menganalisisnya.

Untuk membantu mereka mencapai tujuan mulia ini, tim pengintaian UAP akan mencari masukan dari para ahli di komunitas ilmiah, aeronautika, dan analisis data.

Baca Juga: Satelit Kecil Ini Beri Prakiraan Badai Tropis Lebih Cepat dan Akurat

"NASA tidak mempelajari piring terbang potensial untuk iseng, tapi fenomena tak dikenal di atmosfer menarik bagi keamanan nasional dan keselamatan udara," tulis laporan itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI