Survei: Teknologi Lebih Dipercaya untuk Susun Strategi Jangka Panjang Perusahaan di Indonesia

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 08 Juni 2022 | 21:16 WIB
Survei: Teknologi Lebih Dipercaya untuk Susun Strategi Jangka Panjang Perusahaan di Indonesia
Foto: Ilustrasi kecerdasan buatan atau artificial intelligence/AI. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Survei Accenture dalam Laporan Techvision 2022 mencatat 97 persen pemimpin eksekutif perusahaan di Indonesia percaya kemajuan teknologi yang berkelanjutan dapat lebih diandalkan dibandingkan tren ekonomi, politik, atau sosial dalam menyusun strategi jangka panjang organisasi mereka.

Total tersebut terdiri dari 42 persen responden yang setuju dan 55 persen responden sangat setuju dari total 60 pemimpin bisnis dan teknologi dari delapan industri di Tanah Air.

"Pemikiran ini terutama dalam jangka waktu lima tahun dalam strategi untuk menarik nasabah baru, menambah penerimaan, hingga increase footprint," ujar Managing Director Accenture di Indonesia Prie Prihadiyanto dalam Acara Peluncuran Laporan Tahunan Terbaru Accenture Technology Vision 2022: Metaverse Continuum di Jakarta, Rabu (8/6/2022).

Selain itu, ia menuturkan sebanyak 87 persen eksekutif perusahaan di Indonesia setuju bahwa teknologi baru memungkinkan organisasi mereka memiliki visi yang lebih luas dan lebih bersaing.

Maka dari itu, kemampuan memprogram dunia fisik akan meningkatkan daya saing, di sisi lain Augmented Reality (AR) akan menjadi disruptor industri.

Seiring berkembangnya teknologi seperti 5G, ambient computing, AR, dan smart material, lingkungan digital akan semakin melebur ke dalam dunia fisik.

Managing Director, Cloud, Infrastructure & Engineering (CIE) Lead Accenture Indonesia Johannes Kolibonso menambahkan semakin pudarnya batas antara kehidupan fisik dan digital konsisten dengan temuan kami yang menunjukkan lebih dari separuh konsumen Indonesia yakni 52 persen sepakat bahwa kehidupan digital semakin menjadi nyata.

Kini, organisasi memiliki kesempatan dan kewajiban untuk membangun metaverse yang bertanggung jawab menangani masalah seperti kepercayaan, keberlanjutan, keamanan pribadi, privasi, akses dan penggunaan yang bertanggung jawab, diversitas, dan banyak lagi.

"Tindakan dan keputusan yang mereka buat hari ini akan menentukan bagaimana masa depan nanti," ujar Johannes.

Menurut dia, lingkungan ini tak hanya akan membentuk kembali bagaimana orang terhubung dengan dunia virtual, tetapi mendefinisikan kembali segala sesuatu yang dibangun di dalamnya, bagaimana orang berinteraksi, dan kontrol yang mereka miliki.

Menariknya, 88 persen eksekutif Indonesia setuju bahwa akan ada banyak organisasi yang mendorong batas-batas dunia maya agar lebih nyata, yang tentunya akan meningkatkan kebutuhan atas navigasi yang lancar antara dunia digital dan fisik. [Antara]

Baca Juga: Buzzer Virtual Jadi Risiko Metaverse di Indonesia

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI