Suara.com - Misi luar angkasa yang mengirim manusia pertama ke sabuk asteroid dapat terjadi pada 2073, dengan syarat manusia berhasil mencapai Mars setidaknya pada 2038.
Prediksi para ilmuwan di Jet Propulsion NASA didasarkan pada analisis ekonomi tentang peningkatan anggaran ruang angkasa dari waktu ke waktu dan bagaimana manusia telah memperluas lingkup operasi di luar angkasa.
Para ilmuwan di NASA menyusun kerangka waktu untuk kemungkinan misi kru ke sabuk asteroid, Jupiter, dan bahkan Saturnus.
Jonathan Jiang dan timnya mulai mempelajari bagaimana anggaran NASA meningkat sejak dibentuk pada 1958.
Pada beberapa puncak dalam kurva, sesuai dengan peningkatan pengeluaran yang signifikan.
Selain itu, tim juga berusaha untuk mengukur peningkatan dalam teknologi karena misi luar angkasa, bergantung pada pembuatan desain dan pengoperasian perangkat keras yang kompleks serta sistem pendukung kehidupan.
Para ahli melakukan ini hanya dengan menghitung jumlah makalah ilmiah yang diterbitkan tentang eksplorasi luar angkasa di Amerika Serikat per tahun.
Faktor terakhir yang digunakan tim adalah radius efektif aktivitas manusia di luar Bumi.
Ini meningkat pesat pada awal zaman ruang angkasa dari orbit rendah Bumi, hingga pendaratan Bulan pertama yang berhasil pada jarak 0,0026 Unit Astronomi.
Baca Juga: Perdana, Teleskop Luar Angkasa James Webb Berlatih Melacak Asteroid
Jika proyek Artemis akan mengirim manusia ke Mars sekitar 2037, maka radius aktivitas manusia akan meningkat menjadi 0,3763 AU.
Dengan asumsi misi tersebut berhasil, ini memberikan titik data lain yang dapat digunakan tim untuk memproyeksikan ke masa depan.
Dilansir dari Astronomy.com, Selasa (31/5/2022), dengan mempertimbangkan semua tren tersebut, tim ahli dapat menghasilkan model yang memprediksi, kapan misi manusia ke bagian yang jauh dari tata surya akan dilakukan.
Model ini mengalokasikan misi sabuk asteroid berawak pada 2073, kemudian misi astronaut ke Jupiter pada 2103, dan misi berawak pertama ke Saturnus pada 2132.
Meski begitu, prediksi semacam ini penuh dengan ketidakpastian.
Beberapa faktor seperti perubahan iklim yang tiba-tiba dapat membuat misi luar angkasa keluar dari jalur.
Di sisi lain, penyakit seperti Covid-19 juga dapat memperlambat kemajuan misi.
Namun, Jiang dan para ahli lainnya yakin bahwa misi tersebut dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama.