Suara.com - Para ilmuwan menemukan batu luar angkasa aneh yang menjadi bukti pertama di Bumi untuk batuan dari supernova langka.
Komposisi kimia batu yang disebut Hypatia itu menunjukkan bahwa batu tersebut mengandung debu dan gas yang pernah mengelilingi jenis supernova raksasa.
Supernova tipe Ia biasanya terjadi di dalam awan debu, di mana bintang katai putih berbagi orbit dengan bintang lebih besar dan muda, yang masih memiliki bahan bakar.
Katai putih yang lebih kecil dan padat menggunakan tarikan gravitasinya untuk mengambil sebagian bahan bakar bintang yang lebih muda dan dikonsumsinya tanpa henti.
Baca Juga: Pejalari Meteorit Mars, Ilmuwan Cari Tanda-tanda Kehidupan
Dalam kasus batu Hypatia, campuran debu dan gas kemungkinan besar melayang melalui ruang angkasa selama miliaran tahun sampai tiba di tata surya.
Kemudian, memadat menjadi induk yang lebih besar dari batu cc pada waktu pembentukan tata surya.
Setelah terbentuk, kemungkinan besar batu tersebut akhirnya meluncur ke Bumi dan pecah berkeping-keping saat mendarat.
"Dalam arti tertentu, kita telah menangkap ledakan supernova Ia dalam aksinya karena atom gas dari ledakan itu terperangkap di awan debu sekitarnya," kata Jan Kramers, penulis studi dan ahli geokimia di Universitas Johannesburg, dikutip dari Live Science, Senin (23/5/2022).
Untuk memastikan dari mana batu itu berasal, para ahli melakukan analisis kimia dari sampel kecil batu Hypatia menggunakan teknik non-destruktif.
Baca Juga: Ilmuwan: Suhu Panas Indonesia Tidak Akan Separah India
Ini mengungkapkan bahwa batu memiliki jumlah silikon, kromium, dan mangan yang luar biasa rendah, sementara kadar besi, belerang, fosfor, tembaga, dan vanadium yang sangat tinggi.
Studi lebih lanjut dengan membandingkan konsentrasi elemen batuan mengungkapkan bahwa batu tersebut tidak berasal dari tata surya karena terlalu banyak zat besi.
Pencarian lengkap data bintang dan pemodelan membuat tim ilmuwan tidak memiliki penjelasan lain selain supernova tipe Ia, yang menjelaskan mengapa batuan tersebut memiliki elemen yang tidak biasa.
"Jika hipotesis ini benar, batu Hypatia akan menjadi bukti nyata pertama di Bumi dari ledakan supernova tipe Ia," tambah Kramers.
Meski begitu, para ahli masih tetap memiliki keraguan karena enam elemen batu (aluminium, fosfor, klorin, kalium, tembaga, dan seng) terdeteksi pada konsentrasi yang berkisar antara 10 hingga 100 kali lipat dari yang diprediksi untuk supernova tipe Ia.
Tim ilmuwan berpikir batuan ini bisa menunjukkan asal-usul supernova, sebagai bintang raksasa merah yang mempertahankan lebih banyak komposisi unsur aslinya daripada yang diprediksikan model komputer.