Suara.com - Twitter kembali menambah fitur baru untuk melawan misinformasi yang banyak tersebar di platform, khususnya terkait perang Rusia-Ukraina.
Kebijakan ini merupakan upaya perusahaan untuk memperbanyak informasi akurat selama konflik berlangsung.
Twitter sudah tak lagi merekomendasikan unggahan berisi misinformasi terkait invasi Rusia ke Ukraina.
Contohnya seperti kondisi di zona konflik atau kejahatan ke warga sipil.
Baca Juga: Safa dan Saya 29 Trending di Twitter, Begini Cuitan Nyeleneh Warganet
Selain itu Twitter juga akan menambahkan label peringatan untuk membantah klaim yang dinilai menyesatkan.
Konten berlabel itu juga tak bisa disukai (like), share, atau di-retweet pengguna Twitter.
Head of Safety and Integrity Twitter, Yoel Roth menyatakan, pihaknya telah melihat kedua belah pihak saling berbagi informasi yang mungkin menyesatkan atau keliru.
Untuk itulah kebijakan ini akan berlaku untuk kedua pihak, baik Rusia maupun Ukraina.
"Kami berfokus pada misinformasi yang bisa berbahaya, terlepas dari mana asalnya," kata Roth, dikutip dari Gadgets360, Minggu (22/5/2022).
Baca Juga: Twitter Umumkan Spaces Eksklusif Khusus ke Pelanggan Berbayar
Kebijakan baru ini akan melengkapi yang sudah ada di Twitter seperti memblokir media yang dinilai palsu, klaim keliru terkait pemilu, serta misinformasi tentang kesehatan seperti Covid-19 dan vaksin.
Twitter juga memanfaatkan sumber kredibel untuk menentukan apakah konten itu masuk dalam kategori menyesatkan atau tidak.
Perusahaan bakal memanfaatkan referensi dari organisasi kemanusiaan, pemantau konflik, hingga jurnalis.