Suara.com - Para ilmuwan mengatakan letusan gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai di Tonga adalah ledakan terbesar, yang didokumentasikan oleh para peneliti sejak insiden Krakatau pada 1883.
Letusan Hunga Tonga-Hunga Ha'apai yang menyebabkan enam kematian memiliki ukuran serupa dengan ledakan Krakatau di Indonesia pada 1883.
Dari segi korban jiwa, letusan Krakatau menewaskan lebih dari 30.000 orang.
Ledakan Tonga menghasilkan gelombang tekanan yang disebut gelombang Lamb, yang bergerak secara horizontal di sepanjang permukaan Bumi selama lebih enam hari.
Baca Juga: Pejalari Meteorit Mars, Ilmuwan Cari Tanda-tanda Kehidupan
Gelombang Lamb tersebut biasanya dikaitkan dengan ledakan atmosfer yang besar, seperti letusan gunung berapi lainnya dan uji coba nuklir.
Para ahli mengatakan, ledakan nuklir yang juga telah menciptakan gelombang Lamb.
Seperti uji coba nuklir terbesar di Uni Soviet pada 1961, memiliki amplitudo yang sama tetapi berlangsung untuk periode waktu lebih singkat, dibandingkan dengan ledakan vulkanik besar seperti yang terjadi di Tonga.
Letusan Tonga juga menghasilkan suara yang dapat didengar hingga 10.000 kilometer jauhnya di Alaska dan menghasilkan infrasonik yang bergema di seluruh dunia.
Menurut Corentin Caudron, profesor yang terlibat dalam studi tersebut mengatakan bahwa para ahli menggunakan lebih dari 3.000 sensor dan instrumen di seluruh dunia, yang biasa digunakan untuk mendeteksi gempa Bumi dan tsunami.
Baca Juga: Ilmuwan Deteksi Gempa Matahari Pertama dalam Solar Cycle 25
Caudron juga mengatakan meskipun instrumen yang digunakan pada 1883 memiliki resolusi yang lebih rendah daripada yang digunakan sekarang, para ahli mendeteksi hal yang sama.
"Ini mungkin salah satu pertama kalinya kita dapat melihat gelombang Lamb yang terkait dengan ledakan gunung berapi dan Krakatau juga mengalami hal yang sama. Ini pertama kalinya kita dapat melihat gelombang Lamb itu dengan cara yang sangat rinci," kata Caudron, dikutip dari ABC News, Kamis (19/5/2022).
Di sisi lain, menurut ahli vulkanologi Universitas Melbourne, Heather Handley, mengatakan ledakan Tonga menyoroti bagaimana masyarakat internasional perlu bekerja sama untuk bersiap menghadapi letusan gunung berapi, yang berpotensi lebih buruk di masa mendatang.
Akibat ledakan Tonga, Bank Dunia memperkirakan kerusakan akibat bencana akan merugikan Tonga lebih dari 125 juta dolar AS.
Dilaporkan sekitar 600 bangunan di Tonga rusak atau hancur akibat tsunami dna sekitar 1.525 orang mengungsi.