Suara.com - Elon Musk, seorang miliarder dan CEO Tesla dikabarkan telah mengambil alih kepemilikan situs media sosial Twitter usai beragam kontroversi melalui cuitannya selama bertahun-tahun.
Pada Senin (1/4/2022) lalu, pihak Twitter menyatakan bahwa Musk telah membeli 9,2 persen sahamnya dan menjadikannya sebagai pemegang saham individu terbesar di Twitter.
Besoknya, Twitter mengumumkan jika Musk terpilih menjadi salah satu dewan direksi dan dikonfirmasi bahwa dirinya memiliki rencana untuk menciptakan perubahan pada perusahaan tersebut.
"Tak sabar bekerja dengan CEO Twitter, Agrawal & dewan direksi Twitter untuk membuat peningkatan yang signifikan pada Twitter dalam beberapa bulan mendatang!" tulis Musk pada akun Twitter pribadinya, @elonmusk, Selasa (2/4/2022).
Baca Juga: 5 Fakta Elon Musk Beli Twitter Rp 635 Triliun, Jamin Kebebasan Bersuara
Musk juga pernah berkomentar soal perusahaannya, Tesla dan SpaceX, hingga pernyataan kontroversial tentang budaya pop serta peristiwa terkini dan meme khusus. Akunnya bahkan diikuti oleh 80 juta orang atau lebih banyak daripada CEO lainnya.
Komentarnya tentang mata uang kripto juga kerap memicu kekacauan besar di pasar cryptocurrency. Di sisi lain, Musk juga pernah membahas kebebasan berbicara di Twitter demi kepentingan demokrasi.
"Kebebasan berbicara sangat penting untuk jalannya demokrasi. Apakah Anda percaya Twitter secara ketat mematuhi prinsip ini?" tulisnya yang dibalas "tidak" oleh para warganet.
Eksistensinya di Twitter mulai diwaspadai sejak 2018. Selama beberapa bulan, Musk pernah bercanda tentang pil tidur, mengancam jurnalis yang meliput Tesla, hingga mengunggah lelucon April Mop terkait Tesla yang bangkrut.
Musk pernah mengaku dirinya menerima dana untuk mengambil alih saham Tesla dengan harga $420 per lembar. Cuitannya ini memicu kenaikan harga saham Tesla dari US$342 menjadi US$371 per lembar.
Baca Juga: Donald Trump Ogah Balik Main Twitter, Usai Dibeli Elon Musk
Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) kemudian menepis perkataan Musk dan mengugatnya atas pernyataan palsu kepada investor. Selain itu ia pernah menyebarkan klaim palsu dan menghasut tentang Covid-19.
Ditambah mengejek Presiden Joe Biden, Senator Elizabeth Warren, Bernie Sanders, dan Ron Wyden. Di awal tahun, ia mencuit lelucon, yang kemudian dihapus. Ia membandingkan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dengan Adolf Hitler.
Usai menjadi pemegang saham individu terbesar, Musk dapat mengubah imej paling menonjol di Twitter menjadi salah satu sosok yang paling berpengaruh pada perusahaan.
Terkait rencana perubahan Musk untuk Twitter, selain mempertahankan kebebasan berbicara, belum bisa dipastikan. Namun, ia menyarankan agar Twitter membuat algoritma sumber terbuka, jajak pendapat, dan edit cuitan yang banyak diajukan.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti