Suara.com - Koordinator Gerakan Bijak Bersosmed, Enda Nasution mengatakan masyarakat perlu menyamakan antara interaksi di media sosial dengan dunia nyata, terutama dari segi etika. Ia menekankan bahwa etika media sosial tak beda dengan di dunia nyata.
“Seperti halnya interaksi di dunia nyata, ada kaidah yang sudah berlaku sejak ribuan tahun. Sedangkan interaksi di dunia maya belum ajek dan bisa mengalami perubahan dengan adanya teknologi baru. Tidak hanya pada tataran hukum tetapi juga etika,” ujar Enda dalam talkshow Bermedsos Asyik dengan Akhlak yang diselenggarakan Puan Teruna Antara (Pena) di Jakarta, Senin (25/4/2022)
Enda mengatakan sektor komunikasi merupakan yang paling pertama terkena dampak dari disrupsi digital. Transformasi digital membuat pola komunikasi semakin berubah dan menghasilkan pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya.
“Kita harus menyadari apa yang kita unggah di media sosial memiliki konsekuensi, dan bisa saja berdampak buruk bagi orang-orang yang ada di sekitar kita,” kata Enda menerangkan.
Baca Juga: 4 Hal yang Harus Dihindari dalam Menggunakan Media Sosial
Enda berpesan agar masyarakat harus berhati-hati dalam menyampaikan pesan di dunia maya. Menurut dia, masyarakat perlu menyamakan bagaimana berperilaku di media sosial sama dengan dunia nyata.
Tidak hanya secara etika, secara hukum perilaku di media sosial juga tak lepas dari ancaman pidana jika konten yang diproduksi atau dibagikan, melanggar kesusilaan, pencemaran nama baik, penyadapan, berita bohong dan ujaran kebencian.
Dari sisi keagamaan pun, MUI juga telah mengeluarkan hukum dan pedoman bermuamalah melalui media sosial. Sejumlah organisasi atau perusahaan pun saat ini, berusaha dengan mengadaptasi perubahan pola komunikasi dengan mengeluarkan panduan bermedia sosial bagi karyawan.
Dalam kesempatan itu, Enda berpesan pada para karyawan atau pegawai dalam beraktivitas di media sosial untuk berhati-hati dengan hoaks atau disinformasi, harus bisa membedakan mana yang sifatnya privat dan mana yang bersifat publik.
“Jadi apa yang kita unggah di media sosial itu menjadi milik publik, terutama dalam konteks bekerja. Media sosial adalah etalase kita yang bisa dilihat atasan kita, kolega kita. Kalau kita tidak mencitrakan diri kita sebagai seorang profesional, maka tidak bisa disalahkan jika atasan kita atau kolega kita menilai kita tidak profesional,” ujar dia.
Baca Juga: Ekosistem Digital Berkembang, Ekonomi Kreator Akan Tumbuh di 2022
Talkshow tersebut merupakan rangkaian kegiatan Hari Kartini 2022. “Kartini Reborn Festive” tersebut dibuka oleh Direktur Utama Perum LKBN ANTARA Meidyatama Suryodiningrat. [Antara]