Suara.com - Kecoak telah hidup sejak 66 juta tahun yang lalu, ketika batu asteroid yang dikenal sebagai penabrak Chicxulub, jatuh dari luar angkasa dan menghantam Bumi.
Dampaknya menyebabkan gempa Bumi besar dan para ilmuwan berpikir itu juga memicu letusan gunung berapi ribuan mil dari lokasi tumbukan.
Sekitar tiga perempat tumbuhan dan hewan di Bumi mati, termasuk semua dinosaurus, kecual beberapa spesies yang merupakan nenek moyang burung masa kini.
Salah satu hewan lain yang bertahan hidup adalah kecoak. Meski hanya memiliki panjang beberapa inci, batuan antariksa tidak memusnahkan spesies tersebut.
Bukan tanpa sebab, itu karena kecoak dilengkapi struktur tubuh yang baik untuk hidup melalui bencana meteor.
Jika diperhatikan, kecoak memiliki tubuh yang sangat rata. Serangga yang lebih datar dapat menekan diri ke tempat yang lebih sempit.
![Ilustrasi sebuah asteroid melesat sebelum membentur permukaan Bumi. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2017/09/22/72079-asteroid.jpg)
Kondisi ini memungkinkan kecoak untuk bersembunyi secara praktis di mana saja.
Saat meteor menghantam, suhu di permukaan Bumi meningkat.
Banyak hewan tidak memiliki tempat untuk melarikan diri, tetapi kecoak bisa berlindung di celah-celah tanah kecil, yang memberikan perlindungan yang sangat baik dari panas.
Baca Juga: Asteroid Berpotensi Berbahaya Akan Lewati Bumi Awal April 2022
Tabrakan batu luar angkasa memicu berbagai efek, salah satunya menyebabkan banyak debu sehingga langit menjadi gelap.