Suara.com - Telah lahir seekor bayi badak langka di Suaka Badak Sumatera di lingkungan Taman Nasional Way Kambas, Provinsi Lampung. Bayi betina ini lahir dari induk bernama Rosa pada 24 Maret 2022, yang sebelumnya dikawinkan dengan pejantan bernama Andatu.
Seperti disaksikan Suara.com beberapa tahun silam di kawasan Way Kanan, Rosa adalah badak Sumatera yang dekat dengan warga perkampungan--termasuk bertandang ke warung--sebelum dibawa ke suaka, sedangkan Andatu adalah pejantan dari pasangan Andalas (ayah) dan Ratu (ibu).
Kelahiran bayi badak Sumatera dari Rosa ini membuat total badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) di suaka itu menjadi delapan ekor. Menurut Save The Rhino, populasi total satwa langka ini kurang dari 80 ekor, menunjukkan kelahiran tersebut sangat berharga bagi spesies ini.
Bayi Rosa menjadi bagian dari badak betina lainnya di suaka, yaitu Bina, Ratu, dan Delilah serta badak jantan Andalas, Harapan, serta Andatu.
Baca Juga: Terjadi Lagi, Rusia Ancam Akan Keluar Dari Program Stasiun Luar Angkasa Internasional
Proses persalinan bayi badak ini memakan waktu sekitar tiga jam, namun tim sudah berada di Suaka Badak Sumatera untuk mengawasi kesehatan ibu dan bayinya hingga selesai.
Selama kehamilannya, Rosa mendapatkan perawatan tambahan seperti hormon peningkat janin, pemindaian ultrasound rutin, dan pemantauan dalam upaya mendapatkan hasil terbaik untuk kehamilan istimewanya.
Rosa pertama kali datang ke Suaka Badak Sumatera di 2004 setelah terlihat berkeliaran di dekat jalan, kebun, dan desa di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Kurangnya rasa takut di sekitar manusia dan lalu lintas membuatnya berisiko cedera dan sakit, sehingga Rosa dipindahkan ke Suaka Badak Sumatra.
Hilangnya rasa takut Rosa terhadap manusia terbukti menjadi penghalang dalam sejarah reproduksinya. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Rosa terlihat lebih nyaman di sekitar manusia daripada badak lainnya.
Baca Juga: MotoGP Pentas di Argentina, Valentino Rossi Berlaga di Imola
Terlalu lama jauh dari badak lain tanpa kawin menyebabkannya mengalami fibroid rahim, yang dapat menimbulkan komplikasi dalam kesuburan.
"Dengan lahirnya bayi Rosa, kami berharap dapat terus menerima kabar gembira dari kelahiran badak Sumatera lainnya di masa mendatang," kata Biro Humas Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, seperti dikutip dari IFL Science pada Senin (4/4/2022).
Jumlah badak Sumatra saat ini mencapai titik kritis yang sangat rendah, di mana sebagian besar karena campur tangan manusia melalui degradasi habitat dan perburuan.
Sebelumnya dalam penelitian yang dilakukan Universitas Marshall di Virginia Barat mengungkap sejarah badak Sumatera dan menyimpulkan bahwa jumlah badak Sumatera pertama kali turun drastis akibat perubahan iklim yang terjadi sekitar 9.000 tahun lalu.
Saat ini, kelangsungan hidup spesies tersebut bergantung pada kerja keras para ilmuwan, konservasionis, dan pemerintah untuk merawat badak Sumatera.