Suara.com - Analisis terbaru Kaspersky untuk 2021 menunjukkan, sistem anti-phishingnya berhasil memblokir sebanyak 253,365,212 tautan phishing secara global.
Secara total, 8,20 persen pengguna Kaspersky di berbagai negara dan wilayah di seluruh dunia telah menghadapi setidaknya satu serangan phishing tahun lalu.
Di Asia Tenggara, Filipina mencatat angka tertinggi terkait pengguna yang terkena upaya phishing pada
2021 dengan 9,90 persen, diikuti oleh Malaysia (8,49 persen, dan Thailand (7,93 persen).
Indonesia mencatat 7,70 persen, sementara Vietnam mencatat 7,45% pengguna. Singapura (3,30 persen) memiliki persentase angka pengguna terendah yang terkena jenis ancaman ini.
Baca Juga: Waspada Phising di Tengah Ramadhan
Tahun lalu, Indonesia mengalami penurunan pangsa pengguna yang terkena upaya serangan sebesar
3,9 persen, dibandingkan dengan 11,60 persen pada 2020.
“Jumlah serangan phishing yang menurun tidak berarti data dan keuangan online kita lebih aman. Tahun lalu, kami telah mengamati penurunan di berbagai jenis ancaman seperti malware seluler dan phishing," ujar kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky.
Menurutnya, ini karena "spray and pray" atau Teknik penyebaran random bukan lagi metode yang disukai para penjahat dunia maya.
"Data kami menunjukkan bahwa mereka sekarang memilih pendekatan yang lebih bertarget, menyelaraskan serangan dengan tren dan hari besar lokal terkini," terang dia melalui keterangan resminya, Rabu (30/3/2022).
Misalnya, membuat email phishing atau situs web palsu yang dipersonalisasi, dan mengirimkannya ke target yang diinginkan.
Baca Juga: Lebih dari 3000 Phising Terjadi di Triwulan Pertama 2022, Mayoritas Sasar Sektor Keuangan
Permintaan belanja online masih tetap tinggi di 2021. Hal ini sejalan dengan tren phishing.
Analisis Kaspersky mengungkapkan halaman phishing paling sering dirancang untuk meniru toko online
(17,61 persen).
Diikuti oleh portal Internet global (17,27 persen) di tempat kedua. Sistem pembayaran (13,11 persen) naik ke posisi ketiga, naik 4,7 persen dibandingkan 2020 menyalip perbankan (11,11 persen).
Belanja online dan pembayaran elektronik adalah bagian penting dari kegiatan perayaan dan liburan
untuk banyak masyarakat.
"Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat Indonesia untuk waspada terutama terhadap pengumuman penjualan dan penawaran menarik yang disampaikan melalui email, pesan teks, postingan media sosial, atau bahkan telepon," terang Yeo Siang Tiong.