Suara.com - Fenomena burnout atau stres berlebihan saat ini banyak melanda atlet esports dan gamers di Indonesia. Pasalnya, mereka kerap kali bermain game hingga lupa dengan kondisi diri sendiri.
Psikolog Ajeng Raviando mengatakan, burnout kerap kali terjadi karena mereka tidak mampu membagi waktu antara rutinitas keseharian hingga menjalankan hobi seperti main game.
"Biasanya di kalangan remaja, itu pembagian waktunya yang seolah jadi 'PR' banget. Misal sering lupa makan karena keasyikan main game," tuturnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (24/3/2022).
"Jadi daily routine-nya itu tidak terjaga. Misalnya mereka lupa makan, tidur tak beraturan, main sampai lupa waktu. Itu adalah sesuatu terkait kedisiplinan," sambungnya.
Baca Juga: PBESI Resmi Luncurkan Akademi Esports Garudaku, Jaring Atlet dari Sekolah
Untuk mencegah burnout yang dialami atlet esports, Ajeng menyarankan agar para orang tua mengajari anaknya untuk mengatasi manajemen waktu. Misalnya, mereka dibatasi untuk tidak selalu main game sehari penuh.
"Karena ketika mereka main game terus, jari jadi terganggu, misalnya. Terus jam tidur juga tidak sesuai," kata Ajeng.
Padahal, esports adalah aktivitas yang membutuhkan kemampuan seperti berpikir, analisa, hingga konsentrasi dalam bermain. Jika rutinitas hariannya terganggu, maka itu mengganggu semua kemampuan tersebut.
"Untuk itulah mereka harus bisa menyeimbangkan aktivitas esports dengan daily routine-nya, dan jangan lupa akademisnya juga," jelas Ajeng.
Baca Juga: Tantangan Esports di Indonesia adalah Stigma Negatif Orang Tua