Hikikomori Adalah, Fenomena Mengacam Perekonomian Jepang

Dythia Novianty Suara.Com
Kamis, 24 Maret 2022 | 06:02 WIB
Hikikomori Adalah, Fenomena Mengacam Perekonomian Jepang
Ilustrasi seorang lelaki menyendiri dalam rumah. [Buy_me_some_coffee/Pixabay]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sehingga mereka memilih mengurung diri di kamar. Sejumlah pakar hikikomori menyebut bahwa kemungkinan penyebab utama dari perilaku ansos ini adalah lingkungan.

Kasus hikikomori pun paling banyak terjadi pada lelaki muda dari kelas menengah yang rata-rata berstatus sarjana.

Hal ini dipicu dengan adanya tekanan dari keluarga yang mengharuskan mereka masuk universitas terbaik atau bekerja di perusahaan besar.

Tak tahan dengan tekanan tersebut mereka memilih tidak melakukan apa-apa dan menjadi hikikomori.
Menurut penelitian yang dilakukan NHK untuk acara Fukushi Network, penduduk hikikomori di Jepang pada 2005 mencapai lebih dari 1,6 juta orang.

Bila penduduk semi-hikikomori (orang jarang keluar rumah) ikut dihitung, maka semuanya berjumlah lebih dari 3 juta orang.

Menurut survei Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, 1,2 persen penduduk Jepang pernah mengalami hikikomori; 2,4 persen di antara penduduk berusia 20 tahunan pernah sekali mengalami hikikomori.

Ilustrasi orang sedang menyendiri.[Pexels/Keegan Houser]
Ilustrasi orang sedang menyendiri.[Pexels/Keegan Houser]

Dibandingkan perempuan, lelaki hikikomori jumlahnya empat kali lipat. Hal yang lebih memprihatinkan lagi, banyak dari hikikomori merupakan orang yang cerdas dan memiliki kompetensi yang sangat baik.

Jika banyak orang cerdas tapi enggan berpartisipasi dengan masyarakat tertentu hal ini sangat berpengaruh bagi perekonomian masa depan Jepang sendiri. [Pasha Aiga Wilkins]

Baca Juga: Kenali Fenomena Psikologi Pareidolia, Suka Melakukan Hal yang Satu Ini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI