Suara.com - Sejak dimulainya pembelajaran online atau hybrid akibat pandemi 2020 lalu, banyak elemen masyarakat masih mempertanyakan keberhasilan metode pembelajaran online di Indonesia.
Hal ini diungkap melalui survei oleh Inventure-Alvara dalam memahami respon dunia pendidikan di Indonesia terhadap metode pembelajaran online.
Sebanyak 85,3 persen responden mengungkapkan bahwa metode pembelajaran online membuat banyak siswa tertinggal dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Sedangkan sebanyak 80,8 persen berharap pembelajaran tatap muka dapat kembali dilakukan.
Baca Juga: Lenovo Jadi Mitra Resmi Formula 1, Hadirkan Perangkat dan Teknologi Canggih
Isu-isu seperti koneksi internet, merasa asing terhadap teknologi baru yang saat ini diterapkan, dan kesulitan dalam menjaga fokus belajar menjadi keluhan dari para siswa, guru, orang tua, dan pihak lainnya.
Hal ini menjadi tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan di Indonesia dalam menciptakan metode pembelajaran yang aman, sehat, dan efektif.
Bayu Susetio, Video Collaboration Leads Logitech mengatakan, perubahan ke arah kenormalan baru dalam dunia pendidikan membutuhkan transisi yang baik untuk memaksimalkan metode yang dipakai.
"Teknologinya itu sendiri harus memiliki kolaborasi yang harmonis untuk merealisasikan pembelajaran baik online maupun hybrid yang efektif. Dengan demikian apapun metode yang dipakai, seluruh pihak dapat menjaga esensi terhadap suatu pendidikan,” terangnya dalam keterangan resmi, Senin (14/3/2022).
Logitech menekankan tiga hal utama yang harus diperhatikan oleh industri pendidikan dalam memaksimalkan metode pembelajaran.
Baca Juga: Perbandingan Realme GT Master Edition vs Samsung Galaxy A52s 5G
1. Jangan takut terhadap teknologi baru
Salah satu alasan mengapa pembelajaran online atau hybrid dirasa tidak maksimal adalah kurangnya pemahaman akan teknologi baru.
Saat ini merupakan momen yang tepat untuk lebih mengenal dan memahami teknologi-teknologi dan konsep pembelajaran online atau hybrid.
Seluruh elemen industri pendidikan bisa mulai beradaptasi terhadap teknologi pendukung pembelajaran online seperti sistem video conferencing dan webcam, digital whiteboarding, dan Q&A chat box.
Teknologi-teknologi tersebut bisa mendorong efektifitas pembelajaran hybrid.
Agar lebih maksimal, institusi pendidikan dan sekolah juga dapat mempekerjakan tenaga ahli TI guna membantu penggunaan teknologi tersebut.
2. Menjaga interaksi dan konektivitas
Manfaat pembelajaran tatap muka mungkin sulit digantikan, tapi bukan berarti sekolah dan siswa tidak dapat merasakan dampak yang sama dari pembelajaran online/hybrid.
Kunci kesuksesan metode pembelajaran tersebut adalah menjaga kontinuitas dan saluran komunikasi antara pengajar dan murid.
Metode pembelajaran online atau hybrid membutuhkan perubahan dalam proses implementasi cara belajar baru.
Teknologi kolaborasi video saat ini menjadi opsi yang tepat dalam merealisasikan hal tersebut karena teknologi ini dirancang untuk memberikan komunikasi pembelajaran yang lancar.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah memberikan opsi-opsi komunikasi lainnya yang dapat memberikan kemudahan interaksi antara pengajar dan murid.
3. Mempersonifikasi cara belajar
Sekolah dan institusi pendidikan dapat memanfaatkan teknologi yang ada sekarang untuk memberikan inklusivitas bagi murid-muridnya sesuai dengan preferensi dan kebutuhan mereka.
Memberikan struktur dan mengalokasikan pembelajaran mandiri dapat menjadi cara bagi murid untuk memahami dan merangkum materi pembelajarannya.
Menyediakan sarana berdiskusi juga dapat meningkatkan partisipasi murid dalam kegiatan belajar.
Saat ini, ada teknologi bagi sekolah yang ingin menyediakan portal belajar mandiri atau fitur rekaman yang dapat dimanfaatkan saat murid ingin kembali mempelajari materi yang sudah disampaikan.
“Melalui solusi-solusi teknologi yang kami kembangkan, Logitech berkomitmen untuk mendukung permintaan-permintaan dalam ruang lingkup online/hybrid di berbagai industri dalam negeri, termasuk pendidikan,” kata Bayu.