Suara.com - Pakar IT dan Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, internet yang berkualitas sangat dibutuhkan saat ini karena pandemi yang memaksa setiap aktivitas menjadi serba digital, apalagi saat ini sudah dihadapkan dengan era metaverse.
"Di masa post-pandemi ini, internet menunjukkan jati dirinya sebagai pendorong transformasi digital dan lokomotif pertumbuhan ekonomi digital. Seiring dengan kebutuhan masyarakat yang kian meluas dan trend pemanfaatan internet yang ke arah metaverse, tentu kebutuhan akan internet yang dikatakan berkualitas, juga mengalami perkembangan dan perubahan,” kata Heru dalam keterangan resminya, Kamis (10/3/2022).
Mantan Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia dua periode itu menambahkan bahwa secara umum, kecepatan unduh dan unggah yang ditawarkan menjadi parameter yang akan jadi perhatian awal saat memilih penyedia layanan internet.
“Perbedaan kecepatan penawaran untuk download internet yang ditawarkan provider dengan kenyataan yang didapat pengguna, saat ini menjadi salah satu faktor baru menentukan kualitas layanan internet yang ditawarkan penyedia," ujarnya.
Baca Juga: Kecepatan Internet di Indonesia Dikenal Lambat, Mampukah Ikuti Tren Metaverse?
"Ini diistilahkan dengan throughput performance. Lewat parameter ini dapat diketahui penyedia internet mana yang menawarkan layanan sesuai fakta dan mana yang sekadar alat berjualan atau gimmick ke pelanggan,” lanjut dia.
Heru kemudian memaparkan laporan riset yang dilakukan Enciety Business Consult terkait Quality of Service (QoS) provider fixed broadband melalui Direct Observation di 8 (delapan) kota di Indonesia, yakni Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Balikpapan, dan Makassar terkait throughput performance.
Hasilnya, ditemukan lima provider dengan rata-rata throughput performance paling baik yakni IndiHome (102 persen), diikuti MyRepublic (96 persen), CBN (84 persen), Oxygen (82 persen), dan Firstmedia (80 persen). Sementara Biznet memiliki rata-rata throughput performance 33 persen.
Khusus untuk Jakarta, berdasarkan riset pada awal Februari lalu, dari segi kecepatan unduh, pelanggan Paket 85 Mbps Biznet mendapatkan rata-rata kecepatan download sebesar 30,2 Mbps dengan throughput 36 persen. Sementara itu, Paket 50 Mbps MyRepublic memiliki rata-rata kecepatan download 44,2 Mbps dengan throughput 88 persen.
Sedangkan untuk Indihome, kebanyakan pelanggan masih berlangganan paket 20 Mbps ke bawah dengan mendapatkan rata-rata kecepatan unduh 20,6 Mbps dengan throughput 103 persen.
Baca Juga: Metaverse Mungkinkan Nasabah Akses Layanan Perbankan Darimana Saja
Selain itu, menurut Heru, guna mendukung tantangan kebutuhan dan trend maraknya layanan data berbasis video streaming, gims, e-sport dan video conference, serta pemanfaatan internet ke arah metaverse, parameter lain yang perlu menjadi perhatian adalah latensi.
Sebagai informasi, latensi adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan suatu data sampai ke tujuan, yang diukur dalam satuan milisecond (ms). Angka latensi yang bagus tentunya mendekati angka nol, kata Heru.
Berdasarkan pengamatan Enciety, tiga provider menempati peringkat latensi yang sangat baik (2.0 ms) yakni IndiHome, MNC Play, dan MyRepublic. Sementara itu, posisi berikutnya ditempati Biznet (3.0 ms), Oxygen (3.0 ms), Iconnet (4.0 ms), XL Home (4.0 ms), First Media (13.0 ms), dan CBN (15.0 ms).
Heru mengatakan, hasil yang dilaporkan Enciety tersebut tentunya bersifat dinamis. Namun, terlihat jelas ada tantangan dan parameter baru terkait layanan internet berkualitas, yakni kecepatan unduh dan unggah, serta latensi.
"Provider tentu ditantang untuk menyediakan layanan berkualitas tersebut secara maksimal. Melalui throughput performance, ini juga seharusnya jadi perhatian provider internet untuk menawarkan layanan secara jujur, bukan hanya memberikan janji surga," pungkas Heru. [Antara]