Suara.com - Kementerian Komunikasi dan Informatika mengharapkan DKI Jakarta bisa semakin inklusif dalam hal pengembangan ekosistem digitalnya sehingga dapat menjadi pusat ekonomi digital yang mumpuni dengan sistem kota pintarnya.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Jendral Kementerian Kominfo Mira Tayibba yang menunjukkan DKI Jakarta berpotensi besar menjadi sentra ekonomi paling berpengaruh di Indonesia dengan dukungan infrastruktur yang memadai.
“Data dari International Institute for Management Development, Jakarta menempati peringkat ke-91 Indeks Smart City di antara kota-kota dunia," kata kata Mira seperti dikutip dari siaran persnya, Kamis.
Posisi itu menunjukkan bahwa masih ada ruang perbaikan dan penyempurnaan agar bisa mewujudkan cita-cita sebagai pusat ekonomi digital di dunia.
Baca Juga: Transformasi Digital yang Inklusif, Tema Besar yang Diangkat Indonesia dalam Presidensi G20
Adapun DKI Jakarta dalam survei yang dilakukan Kearney pada 2021 rupanya berkontribusi paling banyak sebesar 16,8 persen untuk PDB nasional.
Selanjutnya dalam laporan “Digital Competitiveness Index” pada 2021 dan 2022 menunjukkan DKI Jakarta memiliki daya saing digital nasional paling tinggi di Indonesia.
“Di satu sisi tentunya kita patut bangga atas pencapaian dan kontribusi Jakarta, di sisi lain kita ingin menelisik dan mengeksplorasi lebih jauh situasi ekosistem digital di Jakarta,” ujar Mira.
Lebih lanjut Mira menyebutkan dalam indeks Kota Pintar di dunia terdapat tiga komponen penting dalam membentuk daya saing digital yang perlu menjadi perhatian DKI Jakarta untuk semakin inklusif. Ketiga komponen itu meliputi komponen input, output dan penunjang.
Adapun Input merupakan kontribusi penggunaan teknologi digital yang digunakan oleh Sumber Daya Manusia (SDM).
Baca Juga: G20 Indonesia Diharapkan Wariskan Tata Kelola Ekonomi Digital
Sementara itu untuk Output merupakan hasil dan manfaat dari penggunaan teknologi digital.
Terakhir untuk penunjang merupakan komponen dan perangkat yang menjadi fasilitas agar teknologi digital bisa digunakan.
Dari ketiga hal itu Mira menyebut DKI Jakarta mendapatkan skor sempurna di bidang infrastruktur, kewirausahaan produktivitas dengan nilai 100.
Hal itu mencerminkan infrastruktur digital sudah sangat baik dan warga DKI Jakarta aktif dalam menggunakan teknologi digital.
“Walau demikian, ada hal-hal yang perlu untuk dilakukan perbaikan. Contohnya adalah aspek regulasi dan kapasitas pemerintahan," kata Mira.
Skor 57, menurut Mira, menunjukkan bahwa kinerja pemerintah daerah masih dapat ditingkatkan, terutama dalam meningkatkan angka harapan hidup dan menurunkan tingkat kemiskinan.
"Karena pada dasarnya, justru kami melihat infrastruktur digital di satu sisi sudah baik, tetapi infrastruktur penunjang juga harus diperhatikan,” ujarnya.
Sedangkan skor terendah kedua berdasarkan data tersebut adalah aspek ketenagakerjaan yang mencapai angka 59.
Menurut Mira, selisih skor antara aspek kewirausahaan dan skor ketenagakerjaan menarik untuk ditelisik.
“Yang menarik bagi kami, di satu sisi kewirausahaan mendapatkan skor tertinggi dengan nilai 100," katanya.
Di sisi lain ketenagakerjaan skornya justru nomor dua dari bawah. "Tetapi intinya bahwa skor aspek sumber daya manusia yang perlu kita perhatikan,” kata dia. [Antara]