Suara.com - Laporan terbaru IBM Security X-Force Intelligence Index menyebutkan bahwa industri manufaktur menjadi industri yang paling ditargetkan oleh para penjahat siber secara global.
Sementara di Asia, industri manufaktur mengalami serangan siber sebesar 29 persen, menduduki peringkat kedua industri yang ditargetkan penjahat siber. Berbeda dengan global, industri keuangan dan asuransi menjadi industri yang paling ditargetkan di Asia dengan serangan sebanyak 30 persen.
Menurut IBM, industri manufaktur mengalami serangan ransomware terbanyak yakni 23 persen pada tahun lalu. Perusahaan mengatakan para pelaku ransomware berusaha untuk meretakkan tulang punggung rantai pasokan global dengan serangan terhadap manufaktur.
"Ransomware ini sifatnya bisa menghancurkan dan me-lockdown atau mengunci data yang kita miliki, bahkan menghilangkan jejak, menghilangkan data kemudian sifatnya juga balik lagi ke dalam sistem IT sehingga menghancurkan infrastruktur yang sudah disiapkan dengan baik," kata President Director and Technology Leader IBM Indonesia Cin Cin Go dalam media gathering virtual, Rabu (9/3/2022).
Baca Juga: Samsung Diretas Hacker, Ini Deretan Data yang Dicuri
Laporan IBM Security X-Force juga menyebutkan terdapat peningkatan serangan siber sebesar 33 persen yang disebabkan oleh eksploitasi kerentanan perangkat lunak yang merupakan titik masuk paling diandalkan oleh pelaku ransomware selama tahun lalu. Hal tersebut merupakan penyebab dari 44 persen serangan ransomware.
Menurut IBM, penjahat siber menyadari bahwa gangguan yang diberikan pada industri manufaktur akan menyebabkan rantai pasokan hilir menekan industri untuk membayar uang tebusan.
Sebanyak 47 persen serangan siber terhadap manufaktur disebabkan oleh kerentanan unpatched software yang belum atau tidak bisa diatasi. Melihat hal ini, IBM turut menyoroti kebutuhan industri atau organisasi untuk memprioritaskan manajemen kerentanan.
Cin Cin mengatakan keamanan siber (cybersecurity) memegang peranan yang penting agar sistem kritis dan informasi sensitif yang dimiliki suatu perusahaan atau organisasi tetap terlindungi.
Ia juga mengatakan perusahaan perlu memahami keamanan siber tersebut sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam agenda transformasi digital, seperti memutuskan untuk menggunakan lebih banyak komputasi awan untuk mendukung bisnis.
Baca Juga: Penjahat Siber Makin Mengejar Akun Game dan Perbankan
Cin Cin menekankan bahwa strategi keamanan siber harus dilakukan secara tepat mulai dari sisi sumber daya manusia, proses, hingga teknologi. Ia juga menggarisbawahi pentingnya perusahaan untuk mulai menjalankan strategi keamanan dengan segera disertai dengan perencanaan yang tepat.
"Kapan sebenarnya kita harus memprioritaskan keamanan siber agenda ini. Sebenarnya jawabannya adalah kemarin. Kemarin harusnya sudah dipikirkan. Tapi kita harus memulai saat ini juga karena semua harus datang dengan plan yang tepat," katanya. [Antara]