Bahaya, Peneliti Sebut 43% Bisnis Tidak Melindungi Rangkaian IoT Mereka

Dythia Novianty Suara.Com
Rabu, 09 Maret 2022 | 09:34 WIB
Bahaya, Peneliti Sebut 43% Bisnis Tidak Melindungi Rangkaian IoT Mereka
Ilustrasi Internet of Things (IoT). [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Laporan Kaspersky baru-baru ini yang berjudul, “Pushing the limits: How to address specific cybersecurity demands and protect IoT”, mengungkapkan bahwa setidaknya dua dari lima bisnis (43 persen), belum memiliki perlindungan apa pun pada sebagian dari infrastruktur IoT mereka.

Hambatan utama dalam implementasi sebagian besar bisnis proyek IoT adalah risiko pelanggaran keamanan siber dan kompromi data.

Menurut IoT Analytics, jumlah global perangkat IoT yang terhubung diperkirakan akan tumbuh 9 persen, mencapai 27 miliar koneksi IoT pada 2025.

Dengan peningkatan dramatis pada perangkat yang terhubung itu, kebutuhan akan keamanan juga meningkat.

Faktanya, Gartner menyoroti bahwa, dalam tiga tahun terakhir, hampir 20 persen organisasi telah berhadapan dengan serangan siber pada perangkat IoT di jaringan mereka.

Sementara dua pertiga organisasi (64 persen) secara global menggunakan solusi IoT, sebanyak 43 persen tidak melindunginya sepenuhnya.

Logo Kaspersky. [Kaspersky]
Logo Kaspersky. [Kaspersky]

Ini berarti bahwa untuk sejumlah proyek IoT yang ada dapat berupa apa saja seperti stasiun pengisian EV (electric vehicle) hingga peralatan medis yang terhubung, tidak menggunakan solusi perlindungan apa pun.

Alasan di balik ini mungkin karena keragaman besar perangkat dan sistem IoT, yang tidak selalu
kompatibel dengan solusi keamanan.

Hampir setengah dari bisnis khawatir bahwa produk keamanan siber dapat memengaruhi kinerja IoT (46 persen) atau terlalu sulit untuk menemukan solusi yang sesuai (40 persen).

Baca Juga: Penjahat Siber Makin Mengejar Akun Game dan Perbankan

Masalah umum lainnya yang dihadapi bisnis ketika menerapkan alat keamanan siber adalah biaya tinggi (40 persen), tidak dapat menjelaskan justifikasi investasi kepada dewan direksi (36 persen) dan
kurangnya staf atau keahlian keamanan IoT tertentu (35 persen).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI