Bukan Antartika, Ini Wilayah Terdingin di Dunia

Senin, 07 Maret 2022 | 15:56 WIB
Bukan Antartika, Ini Wilayah Terdingin di Dunia
Wilayah terdingin di dunia Kota Yakutsk, Rusia. [Mladen Antonov/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Antartika secara luas diketahui sebagai benua terdingin, diketahui suhu terendah mencapai minus (-) 52,2 derajat Celcius.

Rupanya, ada penduduk kota di bagian dunia lain yang secara rutin menghadapi suhu yang sama dinginnya atau bahkan lebih dingin.

Rekor salah satu kota terdingin tersebut dipegang oleh Kota Yakutsk di Rusia.

Terletak di Siberia, itu juga merupakan salah satu daerah paling jarang penduduknya di dunia, hanya sekitar 336.200 orang.

Baca Juga: Antartika Diduga Simpan 300 Ribu Batuan Luar Angkasa Tersembunyi

Suhu di Yakutsk mencapai minus (-) 60 derajat Celcius. Beberapa penduduk bersikeras bahwa mereka mengalami hari-hari yang jauh lebih dingin

Tapi, warga setempat tidak dapat memverifikasinya karena termometer hanya dapat mengukur hingga minus (-) 63 derajat Celcius.

Pemandangan di Antartika. [Shutterstock]
Pemandangan di Antartika. [Shutterstock]

Selain Yakutsk, rekor lainnya dengan kota terdingin dan lebih sedikit penduduknya adalah Oymyakon, daerah pemukiman di Rusia yang berpenduduk sekitar 500 orang dengan suhu tercatat mencapai minus (-) 71,2 derajat Celcius pada 1924.

Menariknya, Yakutsk dan Oymyakon tidak begitu dekat satu sama lain.

Kedua wilayah ini dipisahkan dengan jarak 928 km dan perjalan satu satu daerah ke daerah lainnya akan memakan waktu sekitar 21 jam.

Baca Juga: Ilmuwan Menemukan Misteri Kehidupan di Bawah Antartika

"Jadi mengapa kedua tempat ini begitu dingin? Siberia sangat dingin karena kombinasi lintang tinggi dan daratan yang begitu luas," kata Alex DeCaria, profesor meteorologi di Millersville University, dikutip dari Live Science, Senin (7/3/2022).

Temperatur global yang ekstrem, baik tinggi maupun rendah, cenderung terjadi di seluruh benua karena daratan memanas dan mendingin lebih cepat daripada lautan.

Dalam kasus Siberia, lapisan salju dan es juga berperan dalam kenaikan suhu karena membantu menjaga kawasan itu tetap sejuk, dengan memantulkan radiasi Matahari yang masuk kembali dari luar angkasa.

Kombinasi faktor-faktor tersebut menyebabkan terciptanya zona tekanan tinggi semi-permanen yang terbentuk di atas wilayah Siberia pada musim dingin.

"Tekanan tinggi di atas Siberia memiliki udara yang stabil, kelembapan rendah, dan langit cerah, menghasilkan suhu permukaan yang sangat dingin," tambah DeCaria.

Kelembapan rendah dan langit cerah, memungkinkan radiasi gelombang panjang (inframerah dan gelombang mikro) yang dipancarkan oleh Bumi, mencapai puncak atmosfer dan dipancarkan ke luar angkasa, menghasilkan suhu permukaan yang dingin.

Selain itu, topografi Yakutsk dan Oymyakon juga berperan karena kedua wilayah tersebut dikelilingi oleh daratan yang lebih tinggi.

Ilustrasi musim dingin ekstrem. [Joshua Lott/AFP]
Ilustrasi musim dingin ekstrem. [Joshua Lott/AFP]

Dalam kasus Oymyakon, efek kenaikan suhu ini diperkuat oleh ketinggian yang relatif besar dari pegunungan sekitarnya, yang membantu menampung udara dingin.

Di sisi lain, kota-kota terpanas di dunia dipegang oleh Karachi, Pakistan, dan Ahvaz, Iran, yang keduanya secara rutin mengalami kenaikan suhu di atas 40 derajat Celcius dengan rekor tertinggi masing-masing mencapai 47,8 dan 54 derajat Celcius.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI