Suara.com - Activision Blizzard dan Epic Games mengumumkan bahwa perusahaan berhenti menjual produknya di Rusia.
Aksi ini menambah daftar panjang perusahaan game yang menghukum Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Activision yang pertama kali mengumumkan kebijakan itu. President dan COO Activision Blizzard, Daniel Alegre dalam surat terbukanya menyatakan bahwa perusahaan melarang gamers Rusia melakukan transaksi, baik itu penjualan maupun pembelian dalam game.
Surat Alegre tidak menjelaskan game mana yang dilarang dijual di Rusia, entah itu dalam bentuk fisik maupun digital, sebagaimana diungkap The Verge, Senin (7/3/2022).
Baca Juga: 31 Rekomendasi Diskon Epic Games Holiday Sale 2021, Potongan Harga Capai 75 Persen!
Alegre juga menawarkan beberapa bantuan untuk para karyawannya yang terkena dampak perang Rusia-Ukraina.
"Kami melakukan segala kemungkinan untuk membantu karyawan dan keluarga mereka yang terkena dampak langsung dari tragedi ini," tulis Alegre.
"Jika Anda atau teman membutuhkan dukungan, jangan ragu untuk menghubungi manajer anda atau kepala SDM setempat. Saya juga ingin mengingatkan anda bahwa program bantuan karyawan kami tersedia bagi mereka yang membutuhkan dukungan selama masa sulit ini," sambung dia.
Tak lama setelah Activision, Epic Games juga mengumumkan kebijakan pelarangan penjualan di Rusia.
Namun, mereka masih memperbolehkan gamers Rusia mengakses produknya.
Baca Juga: Epic Games Bagikan 3 Game Gratis Tomb Raider hingga 6 Januari
"Epic menghentikan penjualan dengan Rusia di dalam game kami sebagai tanggapan atas invasinya ke Ukraina," ujar Epic dalam akun Twitter @EpicNewsroom.
Tidak jelas apakah larangan Epic Games ini berlaku untuk transaksi mikro, game, atau keduanya.
Activision Blizzard sendiri adalah perusahaan game yang mengembangkan permainan seperti Call of Duty.
Sementara Epic Games adalah adalah perusahaan pengembang game yang menerbitkan produk seperti Fortnite.
Keduanya bergabung dengan beberapa perusahaan game lain seperti EA Games yang menghapus tim Rusia dari game FIFA dan NHL, hingga CD Projekt Red selaku pengembang Cyberpunk 2077 yang melarang penjualan game fisik dan digital di Rusia.