"Mereka seperti kita. Ini sangat mengejutkan. Perang mendatangi bukan hanya orang-orang terpencil yang terbelakang. Ini bisa terjadi pada semua orang," tulis Hannan.
Sementara koresponden NBC News, Kelly Cobiella dalam laporan langsungnya dari Ukraina dengan fasih mengatakan bahwa para pengungsi Ukraina bukan dari Suriah, "Mereka orang Kristen, berkulit putih."
Mungkin yang paling mengejutkan adalah Al Jazeera, media asal Timur Tengah yang turut menyiarkan narasi yang sama. Pada Minggu (27/2/2022), presenter berita Peter Dobbie mengatakan bahwa pengungsi Ukraina berasal dari kelas menengah yang makmur.
"Yang menarik adalah, lihat cara mereka berbusana. Mereka makmur, berasal dari kelas menengah. Jelas mereka bukan pengungsi yang berusaha kabur dari Timur Tengah atau Afrika Utara. Mereka mirip keluarga-keluarga Eropa biasa, yang Anda pun tak akan keberatan untuk bertetangga dengan mereka," ujar Dobbie dalam siaran langsung di Al Jazeera.
Stasiun tv Qatar itu belakangan meminta maaf dan mengatakan bahwa ucapan Dobbie itu tak pantas, tidak sensitif dan tak bertanggung jawab.
Rasisme yang vulgar dari media-media Barat dalam mewartakan kemalangan korban Perang Ukraina itu, menurut Denijal Jegic - peneliti komunikasi dan jurnalisme multimedia di Universitas Amerika, di Beirut, Lebanon sebagai konsep usang orientalis tentang keberadaban yang masih bertahan dalam diskursus kolonial Eropa.
"Menurut mereka perang adalah fenomena yang wajar jika terjadi di Timur Tengah, di luar Eropa dan Amerika. Bahwa perang biasa terjadi karena masyarakatnya tidak beradab, bukan karena distribusi kekuasaan geopolitik yang tidak berimbang atau karena intervensi asing," ulas Jegic seperti dilansir dari The Washington Post.