Pengguna Paylater dan Dompet Digital Indonesia Diprediksi Tertinggi se-Asia Tenggara pada 2025

Rabu, 23 Februari 2022 | 20:57 WIB
Pengguna Paylater dan Dompet Digital Indonesia Diprediksi Tertinggi se-Asia Tenggara pada 2025
Abraham Viktor, Head of Strategy and Innovation Lab OVO memperkenalkan fitur paylater di kawasan Jakarta Selatan, Jumat (10/5/2019). [Suara.com/Tiivan Rahmat]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Riset IDC InfoBrief yang didukung 2C2P memprediksi bahwa Indonesia menjadi pemain terbesar industri dompet digital (e-wallet) dan paylater se-Asia Tenggara pada 2025.

Country Head 2C2P di Indonesia, Adi Nugroho mengatakan, bakal ada tambahan 250 juta pengguna e-wallet baru di Asia Tenggara pada 2025. Dari total angka itu, Indonesia disebut sebagai negara terbesar dengan 130 juta pengguna baru.

Selain e-wallet, Buy Now Pay Later (BNPL) pun tidak kalah populer. Ia mengatakan kalau Indonesia akan menjadi pasar terbesar untuk BNPL se-Asia Tenggara pada 2025, dengan total belanja masyarakat menggunakan BNPL di e-commerce akan meningkat 8,7 kali lipat dibandingkan 2020.

“Hadirnya opsi baru seperti e-wallet dan BNPL memberikan akses kepada masyarakat yang sebelumnya belum tersentuh layanan keuangan konvensional," kata Adi dalam keterangan resminya, Rabu (23/2/2022).

Baca Juga: Tata Cara Bayar Shopee Paylater atau SPaylater

Ia juga mengutip survei yang dilakukan International Data Corporation (IDC) pada 2021. Riset itu menemukan kalau adopsi digital payment terkini akan mampu meningkatkan penjualan merchant dengan rata-rata 10 persen.

Untuk itulah ia menyebut kalau evolusi metode pembayaran digital mesti dikejar oleh pelaku ritel demi mengakselerasi jangkauan bisnisnya.

"Jutaan pengguna baru ini adalah segmen baru yang perlu diakomodasi oleh para pelaku bisnis lokal," tambah dia.

Belajar dari berbagai pengalaman partner 2C2P di berbagai negara, Adi merekomendasikan sejumlah langkah bagi pelaku ritel ketika memutuskan untuk mengadopsi digital payment seperti e-wallet dan BNPL.

Pertama, pelaku ritel mesti mengadopsi sistem yang dapat mendukung beragam metode pembayaran dan dapat dikustomisasi. Sistem itu juga mesti bisa mendukung pembayaran domestik dan internasional di berbagai negara

Baca Juga: Praktisnya Belanja Fashion, Bisa Beli Sekarang Bayar Nanti

Kedua, pelaku bisnis bisa mengkonsolidasikan pembayaran offline dan online (omnichannel) dalam satu platform untuk optimalisasi operasional perusahaan.

Ketiga, mereka mesti memastikan skalabilitas sistem pembayaran yang digunakan, sehingga mudah menyesuaikan dengan perubahan yang ada di sisi operasional.

Terakhir, pelaku bisnis perlu memilih partner penyedia sistem pembayaran dengan rekam jejak tinggi dari sisi keamanan data.

Ia menambahkan, kehadiran pembayaran digital membawa potensi besar bagi bisnis dalam hal memperkuat hubungan dengan pelanggan, memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik, serta mendorong skala bisnis dan memperluas pasar.

Meski begitu, katanya, pemain ritel juga perlu mempertimbangkan lanskap pembayaran yang heterogen di Asia Tenggara. Sebab setiap negara memiliki keunikannya masing-masing, baik di tingkat penetrasi internet, akses keuangan, regulasi, dan preferensi pengguna yang berbeda-beda.

"Jika hal ini dapat disikapi dengan baik, adopsi pembayaran digital akan berdampak signifikan terhadap kinerja perusahaan,” jelas Adi.

2C2P adalah penyedia payment gateway yang beroperasi di negara-negara Asia Tenggara. Sejak 2003, 2C2P telah membantu berbagai pelaku ritel global seperti IKEA, Lazada, Thai Airways, untuk menerima dan melakukan pembayaran secara aman dan terintegrasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI