Kedua, tantangan memperkirakan sumber cahaya di sekitar.
Lensa kamera membutuhkan estimasi dalam menangkap cahaya sekitar agar visual yang dihasilkan terasa hidup dan nyata, tidak seperti mata manusia yang dapat hanya dengan mempertimbangkan warna.
Terakhir, tantangan dalam mengukur respons psikologis mata manusia.
Saat mengukur respons psikologis mata manusia dalam mengamati warna, seseorang harus mempertimbangkan adaptasi kromatik, kemampuan untuk sepenuhnya atau sebagian beradaptasi dengan perubahan iluminasi untuk menstabilkan tampilan warna dari suatu obyek.
Ketika rasio adaptasi warna oleh kamera smartphone tidak sesuai dengan mata manusia, maka dialihkan melihat suhu warna berbeda antara dingin dan hangat, sehingga mempengaruhi dan mendistorsi saturasi warna.
Sementara itu, muncul istilah Luther condition untuk mengatasi ketiga tantangan di atas.
![Huawei P50 Pro. [Huawei]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/02/03/55936-huawei-p50-pro.jpg)
Kondisi ini dapat mengubah kurva respons perangkat dan kurva respons mata secara linier, sehingga menghasilkan estimasi cahaya sekitar yang akurat, dan mendukung kemampuan adaptasi warna yang lebih baik.
Ini menjelaskan mengapa warna yang sama pada kamera mungkin terlihat berbeda di mata manusia.
“Huawei P50 Pro adalah bukti dari upaya kami yang tidak pernah berhenti untuk merevolusi fotografi ponsel cerdas," tutup Patrick melalui keterangan resminya, Kamis (17/2/2022).
Baca Juga: Huawei P50 Pro Resmi Meluncur di Indonesia, Harga Rp 15 Juta