Suara.com - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan uji klinis fase 1 vaksin Merah Putih yang bibit vaksinnya dikembangkan Universitas Airlangga (Unair) merupakan lompatan besar dalam pengembangan vaksin secara mandiri di Indonesia.
"Ini merupakan lompatan besar, tidak hanya bagi tim Unair, tetapi juga bagi enam tim vaksin Merah Putih yang lain," kata dia saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu (17/2/2022).
Ia menuturkan implementasi uji klinis tahap 1 vaksin Merah Putih Unair tersebut juga menjadi perhatian seluruh tim pengembangan vaksin Merah Putih karena akan memberikan pembelajaran bagi seluruh tim saat mereka juga memasuki fase yang sama.
Ia mengapresiasi upaya semua pihak yang terlibat sehingga mengantarkan vaksin Merah Putih Unair ke tahap uji klinis fase 1.
Baca Juga: Vaksin Merah Putih Diprediksi Dapat Izin Penggunaan Darurat dari Badan POM Juli Mendatang
"Untuk vaksin Merah Putih, kami sangat bersyukur akhirnya ada satu tim yang telah berhasil memasuki fase uji klinis tahap 1," tuturnya.
Selain Universitas Airlangga, ada enam tim lain turut mengembangkan vaksin Merah Putih, dan semua tergabung dalam konsorsium nasional untuk pengembangan vaksin Merah Putih.
Para tim di dalam konsorsium nasional untuk pengembangan vaksin Merah Putih tersebut adalah Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjadjaran, eks-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Masing-masing tim mengembangkan vaksin Merah Putih dengan metode yang berbeda, mulai dari vaksin yang berbasis inaktivasi virus sampai vaksin yang berbasis rekombinan protein.
Namun, progres yang paling cepat datang dari Universitas Airlangga, yang bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia.
Baca Juga: Kabar Baik! Vaksin Merah Putih Buatan Anak Negeri Bisa Digunakan Publik Agustus 2022
Saat ini, vaksin Merah Putih yang bibit vaksinnya dikembangkan Universitas Airlangga sedang menjalani proses uji klinis tahap 1 dengan melakukan penyuntikan vaksin kepada 90 relawan berusia minimal 18 tahun.
Sementara itu, tim-tim lain masih pada tahap optimasi yield antigen, dan sebagian sedang melakukan uji praklinis.