Suara.com - Pemain profesional atau pro player Free Fire dari EVOS Divine, SAM13, mengaku tidak mudah untuk terjun ke dunia esports. Alasannya, orang tua dia tak setuju karena game dianggap sebagai kegiatan yang membuang-buang waktu.
"Sebelumnya saya tidak mendapatkan support dari orang tua. Mereka menganggap game itu cuma buang-buang waktu, tidak menghasilkan apa-apa," kata SAM13 alias Saeful Muharrom, dalam konferensi pers bersama Garena Free Fire, Senin (14/2/2022).
Sebelum jadi pro player, SAM13 bercerita kalau dirinya sering ikut turnamen minor yang diselenggarakan oleh komunitas. Akhirnya, ia berhasil menjuarai turnamen kecil tersebut dan menyerahkan hasil hadiahnya ke orang tua.
"Uangnya saya bawa ke rumah. Kasih ke orang tua. Awalnya mereka sempat tak percaya, tapi saya bilang kalau uang ini dari turnamen," katanya.
Baca Juga: Free Fire Resmi Umumkan Turnamen FFML Season V, Bawa Format Baru
Selanjutnya, SAM13 berhasil menjuarai turnamen Free Fire Master League (FFML) Season 1 bersama EVOS Divine. Gelar juara ini juga membawanya turut serta ke turnamen kejuaran internasional, Free Fire World Cup (FFWC).
"Kita harus buktikan ke orang tua kalau main game ini adalah impian yang harus digapai. Jadi mereka bisa support kita," ujarnya.
Senada dengan SAM13, pelatih tim GPX Riza Setiawan juga merasakan hal serupa. Ia tidak boleh terjun ke dunia esports lantaran orang tuanya tak sepakat.
"Awalnya tidak support, tapi saya bersikeras untuk menunjukkan kalau saya tak hanya main game, tapi juga dapat uang dan gaji. Orang tua memang masih tidak percaya, tapi saya maksa," kata dia.
Upaya Riza membuahkan hasil. Tim GPX yang ia latih berhasil mendapatkan posisi runner up di turnamen internasional Free Fire Asia Championship (FFAC) pada November 2021.
Baca Juga: Serbu! 5 Karakter Free Fire Termurah pada Februari 2022
"Ternyata sekarang di-support kan, jadi tak hanya sekadar main," sambungnya.
Ia berpesan kepada siapapun yang ingin jadi pro player, hal pertama yang harus dilakukan adalah meminta dukungan dari orang tua. Caranya, mereka mesti membuktikan kalau main game bukan hanya sekadar kegiatan yang buang-buang waktu.
"Jadi kalau sekarang tidak di-support orang tua, itu wajar. Mereka memang butuh pembuktian. Nah kasih tau kalau game itu bukan cuma buang-buang waktu, tapi bisa dapat penghasilan," jelasnya.