Mirip Kisah Tinder Swindler, 1 dari 2 Orang Asia Tenggara Pernah Jadi Korban Penipuan Kencan Online

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 09 Februari 2022 | 12:49 WIB
Mirip Kisah Tinder Swindler, 1 dari 2 Orang Asia Tenggara Pernah Jadi Korban Penipuan Kencan Online
Studi Kaspersky pada 2021 lalu menemukan bahwa 1 dari 2 orang Asia Tenggara pernah jadi korban penipuan kencan online. Mirip kisah Tinder Swindler. Foto: Ilustrasi Kencan Online (Pexels/Andrea Piacquadio)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah studi perusahaan keamanan siber Kaspersky Lab menemukan bahwa satu dari dua orang di Asia Tenggara kehilangan uang akibat jadi korban penipuan kencan online. Temuan ini miirp kisah dalam film dokumenter Tinder Swindler yang sedang naik daun.

Kaspersky dalam survei Mapping a secure path for the future of digital payemnts in APAC yang diadakan 2021 menemukan 45 persen orang di Asia Tenggara kehilangan uang karena penipuan dari kencan online.

Jumlah kerugian yang diderita kurang dari 100 dolar Amerika Serikat, namun, penipuan meski kecil-kecilan ini dialami oleh berbagai kelompok usia, demikian dirinci Kaspersky seperti dilansir dari Antara, Rabu (9/2/2022).

Generasi baby boomer (kelahiran 1946-1964) dan di atasnya (1918-1945) paling sering menjadi korban penipuan kencan online. Mereka mewakili 33 persen dari total orang di Asia Tenggara yang pernah kena tipu kencan online.

Rata-rata penduduk Asia Tenggara yang pernah menjadi korban penipuan kurang dari 100 dolar AS berjumlah 22 persen.

Baca Juga: Simon Leviev, Crazy Rich Abal-abal Penipu Wanita Lewat Aplikasi Tinder

Temuan Kaspersky, hampir dua dari lima orang di kelompok usia paling senior pernah kehilangan antara 5.000 sampai 10.000 dolar AS karena ditipu teman kencan online. Sementara sebagian kecil generasi Z (8 persen) pernah tertipu lebih dari 10.000 dolar AS karena kencan online.

Perusahaan keamanan siber ini melihat penipuan kencan online meningkat sejak 2020, ketika pandemi mewajibkan hampir semua kegiatan menggunakan internet termasuk untuk bersosialisasi.

Peneliti di Kaspersky menemukan ciri-ciri yang ditemui pada pelaku kencan online, antara lain menunjukkan emosi yang kuat dalam waktu singkat dan cepat sekali beralih dari aplikasi kencan ke saluran pribadi.

Mereka ingin tahu banyak tentang korban karena semakin banyak mereka tahu, semakin mudah memanipulasi korban. Penipu kencan online sering memberikan cerita yang tidak konsisten dan seringkali tidak memiliki jejak digital.

Ketika meminta uang, mereka menggunakan alasan kesulitan pribadi, misalnya keluarga sakit atau bisnis gagal.

Baca Juga: Sinopsis dan Fakta Menarik The Tinder Swindler, Kisah Nyata Crazy Rich Palsu Berujung Bui

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI