Suara.com - Para ilmuwan di University of California mengungkapkan bahwa umat manusia dapat menghindari bencana tabrakan asteroid dengan Bumi menggunakan nuklir.
Tim membuat hipotesis pemodelan bahwa manusia hanya memiliki waktu setengah tahun sebelum Bumi bertabrakan dengan asteroid berukuran 10 km.
Para ahli menyimpulkan bahwa cara terbaik untuk bertahan hidup adalah dengan membuat senjata nuklir.
Alasan ditulis penelitian ini adalah untuk bertanya, bisakah seseorang mencegah bencana alam ini.
Baca Juga: 5 Manfaat yang Kita Dapatkan jika Istikamah Baca Alquran
"Ini adalah upaya serius untuk melihat apakah umat manusia telah mencapai titik di mana kita dapat mencegah apa yang terjadi pada dinosaurus 65 juta tahun yang lalu," kata Philip Lubin, profesor fisika di UC Santa Barbara.
Dalam studi yang diterbitkan minggu lalu di database Arxiv, Lubin dan timnya pertama-tama menganalisis dampak tabrakan semacam itu di Bumi.
Dengan asteroid sebesar 10 km, batuan antariksa itu kemungkinan akan memusnahkan hampir semua kehidupan di Bumi dan menyebabkan suhu atmosfer meningkat hingga 300 derajat Celcius.
Mengingat skala waktu beberapa tahun, metode yang diajukan NASA sebelumnya untuk mencegah bencana seperti itu adalah menggunakan pesawat luar angkasa untuk membelokkan objek yang masuk ke Bumi.
Namun, Lubin menganggap mustahil untuk mengalihkan batu berukuran raksasa dengan kurun waktu hanya beberapa bulan.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Pasangan Asteroid Termuda, Disebut Bayi Kosmik
Analisisnya menunjukkan bahwa satu-satunya pilihan yang layak dalam skenario itu adalah menggunakan serangan nuklir.
"Persenjataan nuklir pada dasarnya dirancang untuk mengancam negara lain, tetapi perangkat yang sama dapat digunakan untuk melindungi Bumi," tambah Lubin, seperti dikutip dari New York Post, Selasa (8/2/2022).
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada potensi untuk menghancurkan asteroid dengan seribu "penetrator" berbentuk lembing yang dimuat dengan hulu ledak nuklir.
Jumlah tersebut kurang dari 10 persen dari persenjataan dunia saat ini.
Senjata tersebut dapat diluncurkan dengan salah satu dari dua roket luar angkasa, yang saat ini sedang dikembangkan, yaitu Starship milik SpaceX dan Space Launch System (SLS) NASA.
Ledakan yang dihasilkan nantinya akan mengupas lapisan batuan luar angkasa seperti bawang.
Kemudian memecahnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
Meski begitu, Lubin mengaku upaya ini akan menimbulkan dampak lain.
Ledakan akan menciptakan puing-puing radioaktif yang kemudian akan menghujani Bumi.
"Meskipun itu adalah skenario yang tidak begitu baik, tetapi itu jauh lebih baik daripada hanya menerima nasib kita di tangan batu luar angkasa yang sangat besar," tutup Lubin kepada The Sun.
Peristiwa kepunahan besar terakhir di Bumi disebabkan oleh asteroid yang memusnahkan dinosaurus.
Batuan itu diyakini sebesar 12 km dan melenyapkan hampir 80 persen kehidupan di Bumi.
Sejak saat itu, Bumi telah dihantam oleh beberapa batuan antariksa lainnya yang lebih kecil namun tetap cukup berbahaya, termasuk meteor Chelyabinsk.
Chelyabinsk hanya memiliki lebar 20 meter, namun batu luar angkasa tersebut melukai 1.000 orang dan menghancurkan jendela 7.000 bangunan ketika jatuh di Rusia pada 2013.
Lubin mengatakan bahwa mengingat frekuensi Bumi dihantam oleh batuan luar angkasa, umat manusia memerlukan strategi yang baik untuk menghadapi apa pun yang mengarah ke Bumi.