Suara.com - NSO Group, perusahaan mata-mata (spyware) asal Israel ramai diberitakan pada 2021 karena berhasil membobol celah software di iPhone.
Kini ada perusahaan spyware lain yang bisa melakukan hal serupa.
Mereka adalah QuaDream, perusahaan spyware pesaing NSO Group yang juga berbasis di Israel.
Bedanya, perusahaan ini memiliki tak sebesar NSO Group dan memiliki profit lebih rendah.
Baca Juga: Pengguna iPhone di Indonesia Kini Bisa Nikmati Internet 5G
Akan tetapi, QuaDream juga memiliki alat peretasan smartphone yang juga ditujukan ke klien seperti pemerintah, sebagaimana diwartakan Gadgetsnow, Senin (7/2/2022).
NSO Group dan QuaDream sama-sama mempunyai kemampuan untuk membobol iPhone dari jarak jauh.
Artinya, perusahaan dapat meretas ponsel tanpa harus mengirimkan link palsu agar diklik si pemilik.
Laporan menyebut kalau dua perusahaan ini memakai teknik hacking yang sama, atau disebut zero click.
Menurut pakar, keduanya menggunakan software exploit yang sama untuk membobol iPhone bernama ForcedEntry.
Baca Juga: Sejumlah Pengguna iPhone Keluhkan Bug di WhatsApp
Apabila NSO memiliki spyware Pegasus, maka produk buatan QuaDream ini diberi nama REIGN.
Seperti Pegasus, REIGN bisa mengendalikan smartphone, mengambil pesan dari WhatsApp, Telegram, atau Signal, email, foto, teks, hingga kontak ponsel.
Fitur premium REIGN lainnya yakni mampu merekam panggilan telepon secara realtime, aktivasi kamera depan dan belakang, serta aktivasi mikrofon.
Satu sistem QuaDream dihargai 2,2 juta dolar AS atau Rp 31,7 miliar untuk membobol 50 smartphone per tahun. Harga itu belum termasuk biaya pemeliharaan.
Menurut narasumber, QuaDream dan NSO Group memiliki beberapa pekerja yang sama untuk melakukan operasinya.
Namun, mereka tidak berkolaborasi apabila melaksanakan tugasnya, melainkan dengan cara sendiri-sendiri.
Klien QuaDream juga terkadang sama dengan NSO Group, seperti dari Arab Saudi dan Meksiko.
Kedua negara ini diduga menyalahgunakan software spyware untuk menyerang lawan politiknya.
Salah satu klien pertama QuaDream adalah pemerintah Singapura.
Menurut laporan, teknologi spyware ini juga ditawarkan ke pemerintah Indonesia, namun klaim ini belum bisa dikonfirmasi.