Pecahkan Rekor, WMO Catat Kilatan Petir Terpanjang dan Terlama di Bumi

Senin, 07 Februari 2022 | 12:46 WIB
Pecahkan Rekor, WMO Catat Kilatan Petir Terpanjang dan Terlama di Bumi
Ilustrasi petir (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengumumkan pada Selasa (1/2/2022) bahwa dua badai yang terjadi pada 2020, mencatat dua rekor baru untuk kilatan petir terlama di Bumi.

Rekor pertama dicatat oleh kilatan petir terpanjang yang membentang sekitar 447 mil dari Texas ke Mississippi selama badai pada 29 April 2020.

Sedangkan rekor kedua yang terjadi pada 18 Juni 2020 di Uruguay dan Argentina utara mencatat rekor untuk petir berdurasi terlama selama 17,1 detik.

Kilatan yang memecahkan rekor terpanjang mengalahkan pemegang rekor sebelumnya yang membentang sekitar 440 mil. Itu terjadi saat badai di Brasil selatan pada 2018.

Baca Juga: Cuaca Tak Jadi Penghalang, Pasangan Pengantin Ini Nekat Gelar Upacara Pernikahan di Tengah Badai Salju

Sementara pemegang rekor sebelumnya untuk durasi terlama juga terjadi di Argentina utara dan berlangsung selama 16,73 detik pada Maret 2019.

"Kemungkinan untuk kilatan petir yang lebih ekstrem masih ada dan kami akan terus mengamatinya seiring dengan peningkatan teknologi pendeteksian petir," kata Randall Cerveny, profesor geografi di Arizona State University dan pelapor Cuaca dan Iklim Ekstrim untuk WMO.

Petir terlama dan terpanjang. [WMO]
Petir terlama dan terpanjang. [WMO]

Dilansir dari Space.com, Senin (7/1/2022), pengamatan petir berubah seiring dengan kemajuan teknologi.

Catatan sebelumnya, dideteksi oleh instrumen berbasis darat yang dikenal sebagai susunan pemetaan petir.

Namun, pengamat satelit baru memungkinkan para peneliti melihat badai dari jarak yang sangat jauh.

Baca Juga: Petir Terpanjang di Dunia Berhasil Terekam, Setara Jarak Jakarta - Surabaya

Dua pemecah rekor baru di atas direkam oleh instrumen yang dimiliki satelit GOES-16 dan GOES-17, yang dioperasikan oleh NASA dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).

Eropa sendiri memiliki satelit serupa yang disebut Meteosat Third Generation Lightning Imager dan China memiliki FY-4 Lightning Mapping Imager.

Berkat pengamatan tersebut, para ilmuwan dapat mulai memahami bagaimana kilatan petir yang ekstrem terjadi dan dampak yang ditimbulkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI