Suara.com - Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menegaskan bahwa gempa Banten berkekuatan 5,2 pada Jumat sore (4/2/2022) merupakan gempa tektonik yang tak berhubungan dengan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.
"Gempa selatan Banten ini murni gempa tektonik yang tidak ada kaitannya dengan aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda," jelas Daryono dalam siaran pers yang diterima di Bogor, Jawa Barat.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa gempa Banten, yang episenternya terletak di laut yang berjarak 63 kilometer baratdaya Bayah, merupakan gempa dangkal akibat deformasi batuan pada kerak samudra Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Banten. Gempa ini berpusat di kedalaman 55 kilometer.
"Gempa jenis ini lazim disebut sebagai gempa yang bersumber dalam lempeng atau gempa intraslab (intraslab earthquake)," terang Daryono.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa Banten magnitude 5,2 ini memiliki mekanisme pergerakan kombinasi geser-turun (oblique normal).
Hingga pukul 17.35 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi satu kali aktivitas gempa susulan (aftershock) dengan magnitudo 3,0.
Ia mengatakan bahwa gempa-gempa kuat yang terjadi akhir-akhir ini baik di Selatan Banten maupun di Selatan Jawa Timur memiliki tipe ini, yaitu intraslab earthquake.
Gempa Banten pada Jumat ini merupakan gempa ke-6 yang turut mengguncang Jakarta dalam 5 tahun terakhir. Sebelumnya gempa serupa pernah terjadi pada 23 Januari 2018 dengan magnitudo 6,1, lalu pada 28 Juli 2019 dengan magnitudo 4,9, disusul gempa 6,9 pada 2 Agustus 2019, kemudian gempa 6,6 pada 14 Januari 2022 kemarin.
Baca Juga: Gempa Banten Bermagnitudo 5,2 Terasa Kuat di Jakarta, Ini Alasannya