Dampak Perubahan Iklim, Gletser Tertinggi di Dunia Terus Mencair

Jum'at, 04 Februari 2022 | 11:01 WIB
Dampak Perubahan Iklim, Gletser Tertinggi di Dunia Terus Mencair
Ilustrasi gletser (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan iklim memasang stasiun cuaca di South Col dan mengungkapkan bahwa perubahan iklim telah mencairkan gletser di Mount Everest, gunung tertinggi di dunia.

Ekspedisi yang dilakukan pada 2019 itu melakukan pengukuran terhadap Gletser South Col, yang terletak tepat sebelum pendakian ke puncak.

Stasiun cuaca yang dipasang berfungsi untuk memantau kondisi dan mengekstraksi inti es sepanjang 32 kaki dari gletser tertinggi untuk menilai dampak perubahan iklim di atap Bumi.

"Ini menjawab salah satu pertanyaan besar, apakah gletser tertinggi di Bumi dipengaruhi oleh perubahan iklim akibat ulah manusia? Jawabannya adalah ya, dan sangat signifikan sejak akhir 1990-an," kata Paul Mayewski, ahli glasiologi di University of Maine dan pemimpin ekspedisi.

Baca Juga: Fakta-Fakta Palung Mariana yang Lebih Dalam daripada Tinggi Gunung Everest

Ilustrasi para pendaki menuju puncak Gunung Everest. (AFP)
Para pendaki menuju puncak Mount Everest. (AFP)

Dilansir dari CNET pada Jumat (4/2/2022), gletser telah berubah dari tumpukan salju ringan menjadi es yang lebih padat dalam beberapa dekade terakhir, yang membuatnya menyerap lebih banyak radiasi Matahari.

Lebih banyak panas yang terserap berarti lebih banyak pencairan dan sublimasi yang terjadi, sehingga membuat gletser menipis.

Para ahli mengatakan bahwa penipisan sekitar 180 kaki telah terjadi dalam 25 tahun. Dengan kata lain, gletser menipis lebih dari 80 kali lebih cepat daripada yang terakumulasi.

Akumulasi es senilai sekitar 2.000 tahun telah hilang sejak 1990-an dan berdasarkan tingkat penipisan saat ini, gletser Everest mungkin mulai kehilangan akumulasi es dalam beberapa dekade setiap tahun.

Tim ilmuwan mencatat bahwa angin kencang dan penurunan kelembaban juga berperan dalam pencairan gletser, tetapi kenaikan suhu udara bertanggung jawab atas sebagian besar hilangnya massa gletser.

Baca Juga: Infeksi Pertama Covid-19 Terdeteksi di Gunung Everest

Sebelumnya pada tiga tahun yang lalu, operator ekspedisi yang bekerja di Everest mencatat bahwa penurunan salju dan lapisan es membuat mayat pendaki gunung yang meninggal saat mendaki terlihat.

Di sisi lain, gletser yang menghilang begitu cepat akan mengubah cara ekspedisi mendaki gunung dalam beberapa dekade mendatang.

Saat salju terus mencair, batuan dasar terjal di bawahnya akan terbuka. Hal itu dapat membuat mendaki puncak gunung jauh lebih sulit dan membutuhkan peralatan serta pengetahuan yang berbeda.

Sekitar satu miliar orang di wilayah tersebut bergantung pada pencairan air tawar dari gletser di pegunungan Himalaya. Meskipun pencairan glasial saat ini meningkat, penipisan yang cepat dapat menimbulkan masalah di masa depan dan berpotensi mengancam ketersediaan air di wilayah tersebut.

Ekspedisi tersebut juga menemukan dampak lain dari ulah manusia di Gunung Everest. Mikroplastik, termasuk poliester dan nilon, ditemukan di daerah yang dianggap para ilmuwan sebagai daerah terpencil dan murni. Kemungkinan besar, mikroplastik itu berasal dari pakaian dan tali panjat gunung.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI