Daryono menjelaskan bahwa semua risiko ini telah dipelajari oleh BMKG untuk mengedukasi publik, bukan untuk menakut-nakuti. Tujuannya agar publik sadar akan adanya potensi gempa, tentang bahayanya dan mengetahui langkah yang harus diambil jika terjadi bencana.
Sebelumnya diwartakan bahwa BMKG mengatakan ada potensi gempa dengan kekuatan tertarget 8,7 di segmen megathrus Selat Sunda. Ini diketahui antara lain dari absennya gempa besar di segmen tersebut dalam 300 tahun terakhir.
Daryono membandingkan Selat Sunda dengan Pangandaran di Jawa Barat yang sudah mengalami gempa serta tsunami pada 2006 dan Bengkulu pada 2007 dengan kekuatan 8,5.
"Selat Sunda sama-sama megathrust dengan Bengkulu dan Pangandaran. Mengapa Selat Sunda dilewatkan? Berarti di Selat Sunda masih ada akumulasi energi yang belum dirilis," ia mewanti-wanti.