Regangan di Selat Sunda Semakin Besar, Potensi Letusan Gunung Anak Krakatau Meningkat

Liberty Jemadu
Regangan di Selat Sunda Semakin Besar, Potensi Letusan Gunung Anak Krakatau Meningkat
Peneliti ITB mengatakan regangan di Selat Sunda terus membesar dan ini bisa memicu letusan Gunung Anak Krakatau. Foto: Letusan gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12).[ANTARA FOTO/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat/pras]

Citra satelit menunjukkan bahwa regangan di Selat Sunda semakin besar. Jarak antara Sumatera dan Jawa semakin jauh. Potensi letusan Gunung Anak Krakatau meningkat.

Suara.com - Pakar kegempaan Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano mengatakan wilayah Selat Sunda mengalami regangan (ekstensi) yang tinggi yang dapat meningkatkan potensi letusan (erupsi) Gunung Anak Krakatau (GAK).

"Regangan tektonik yang tinggi ini mempercepat intrusi magmatis dan meningkat potensi letusan Gunung Anak Krakatau," kata Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB dalam webinar yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (21/1/2022).

Data citra satelit yang diambil pada 2018 menunjukkan bahwa Gunung Anak Krakatau terus mengalami inflasi (penaikan permukaan tanah) hingga saat ini.

Dalam webinar memahami celah seismik megathrust di selatan Banten/Selat Sunda itu, Irwan mengatakan survei yang dilakukan sejak 2006-2012 menunjukkan adanya regangan di Selat Sunda dan survei selanjutnya yaitu pada 2012-2019 memperlihatkan regangan semakin besar.

Baca Juga: Dua Tugboat PT PCM Siap Kawal Kapal Asing Melintas di Selat Sunda

Regangan tersebut menyebabkan jarak antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa semakin jauh dan kemungkinan adanya implikasi terhadap aktivitas tektonik terkait sesar dan vulkanik di Selat Sunda.

Implikasi dari regangan tektonik, dari pemodelan yang dilakukan, dengan menghitung besar konvergensi yang berdasarkan survei terjadi hanya pada lokasi yang paling dangkal dan sangat dekat dengan Selat Sunda.

"Artinya begitu dekat dengan Selat Sunda kemungkinan gempa terjadi adalah gempa-tsunami," katanya.

Dari hasil pemodelan, ada rekatan tektonik (coupling) pada bidang kontak antarlempeng yang sangat dekat dengan Selat Sunda. Sumber gempa besar (megathrust) di Selat Sunda berada pada bagian yang paling dangkal sehingga berpotensi menghasilkan gempa dan tsunami.

Survei juga menunjukkan masuknya sesar Sumatera ke Selat Sunda yang dapat berimplikasi jika terjadi gempa bisa berpotensi tsunami.

Baca Juga: HUT Ke-79 RI, POSSI Banten Gelar Pengibaran Bendera Bawah Laut di Perairan Selat Sunda

Maka gempa magnitudo 6,6 di Pandeglang Banten, pada Jumat (14/1/2022), menjadi peringatan (alarm) untuk peningkatan kewaspadaan, kesiapsiagaan dan mitigasi terhadap bencana gempa bumi dan tsunami. [Antara]