Ilmuwan Unpad: Banten Terletak di Atas Banyak Pusat Gempa

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 19 Januari 2022 | 17:00 WIB
Ilmuwan Unpad: Banten Terletak di Atas Banyak Pusat Gempa
Rumah warga Sumur, Kabupaten Pandeglang, rusak akibat gempa Banten, Jumat (14/1/2022). [Dok. Polisi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pakar dari Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr Iyan Haryanto menyebut wilayah Banten rawan gempa bumi tektonik karena masuk dalam wilayah prisma akresi.

Prisma akresi, jelas Iyan, merupakan wilayah yang rawan terjadi gempa bumi karena berada di atas pusat-pusat gempa. Wilayah ini merupakan kumpulan dari sesar-sesar naik atau sesar yang mengangkat akibat proses penumbukan atau penunjaman.

“Jika di Sumatera, prisma akresi ini muncul menjadi pulau, kalau di selatan Jawa belum membentuk pulau,” kata Iyan dalam laman resmi Unpad yang dikunjungi Antara, Rabu (19/1/2022).

Menurutnya, jika salah satu patahan menunjam ke bawah, maka di sisi satunya akan terangkat akibat proses penunjaman tersebut. Salah satu wilayah Indonesia yang berada di kawasan sesar akresi adalah Pulau Nias di Sumatera Utara.

Baca Juga: Peneliti BRIN Ingatkan Ancaman Gempa Megathrust Selat Sunda Magnitudo 8,7

Peristiwa gempa bumi yang terjadi akhir-akhir ini di selatan Jawa menurutnya menjadi pengingat bahwa Indonesia berada pada kawasan lempeng yang terus bergerak. Pergerakan lempeng tektonik, kata dia, menjadi pemicu terjadinya gempa bumi.

Pasalnya, kata dia, Indonesia berada pada batas-batas lempeng yang satu sama lain terus bergerak. Di sebelah barat, batas lempeng tersebut mulai dari sebelah barat Sumatera, lalu menerus ke selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga Maluku.

Meski titik gempa di selatan Jawa kerap berada jauh dari daratan, menurutnya, masyarakat di daratan perlu tetap waspada. Karena menurutnya, sesar aktif di daratan juga berperan mempercepat rambatan getaran akibat gempa di lautan.

"Hal ini yang menjadi faktor mengapa suatu gempa bumi bisa terasa hingga wilayah yang cukup jauh dari titik gempanya," katanya.

Maka dari itu, pengetahuan masyarakat akan mitigasi kebencanaan, menurutnya, harus diperkuat. Dia menilai minimnya pengetahuan mitigasi bencana akan berdampak fatal ketika bencana terjadi.

Baca Juga: BMKG: Rentetan Gempa Tak Berarti Akan Terjadi Gempa Besar

“Masyarakat yang ada di Pulau Jawa, khususnya, tidak bisa terhindar dari banyaknya peristiwa gempa bumi,” tutup Iyan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI