Suara.com - NASA telah menetapkan bahwa 2021 menjadi tahun keenam terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah.
Analisis independen dari data iklim tahun lalu yang dirilis oleh NASA dan National Oceanic and Atmospheric Administration, menemukan bahwa 2021 terkait dengan 2018 sebagai tahun terpanas keenam sejak pencatatan dimulai pada 1880.
Ini adalah tanda perubahan iklim yang disebabkan manusia, di mana sebagian besar didorong oleh pembakaran bahan bakar fosil untuk energi.
"Perubahan iklim adalah ancaman eksistensial di zaman kita," kata Bill Nelson, Administrator NASA, dikutip dari CNet, Jumat (14/1/2022).
Baca Juga: Apa Itu 'What Did Hubble See On Your Birthday'? Ini Cara Buat Melalui Link NASA
Menurutnya, delapan dari 10 tahun terpanas di Bumi terjadi dalam dekade terakhir.
"Fakta tak terbantahkan yang menggarisbawahi perlunya tindakan berani untuk melindungi masa depan seluruh umat manusia," tambah dia.
NASA menyebut bahwa suhu rata-rata Bumi pada 2021 sekitar 1,1 derajat Celcius lebih hangat daripada rata-rata pada akhir abad ke-19, ketika Revolusi Industri dimulai.
Dalam Perjanjian Paris 2015, negara-negara yang tergabung sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan tujuan membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.
Pada akhir tahun lalu di konferensi iklim tahunan PBB, COP26, tujuan itu ditegaskan kembali, namun perlu adanya pengurangan drastis dalam emisi karbon agar tujuan tersebut tercapai.
Baca Juga: Pecahkan Rekor! Hubble Catat Perjalanan 1 Miliar Detik di Luar Angkasa
Menurut Center for Climate and Energy Solutions, China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa mengeluarkan gas rumah kaca paling banyak saat ini.
Sementara itu, Amerika Serikat dan Rusia bertanggung jawab atas emisi per kapita tertinggi.
Amerika Serikat juga menyumbang emisi gas rumah kaca terbanyak selama periode dari pertengahan abad ke-18 hingga 2017.