Prediksi Kejahatan Siber 2022: Marak Pembobolan Data, Serangan Kripto, dan NFT

Dythia Novianty Suara.Com
Kamis, 13 Januari 2022 | 11:45 WIB
Prediksi Kejahatan Siber 2022: Marak Pembobolan Data, Serangan Kripto, dan NFT
Ilustrasi kejahatan siber. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kemudian, melibatkan segala jenis macam rekayasa sosial melalui SMS, panggilan telepon otomatis, pengirim pesan populer, jejaring sosial, dan lain-lain.

Jumlah laporan scam terus meningkat dari tahun ke tahun menurut Kepolisian Singapura:

  • Pada 2021, bertambah 16 persen
  • Pada 2020, bertambah 108,8 persen
  • Pada 2019, bertambah 27,1 persen
  • Pada 2018, bertambah 19,5 persen

Ini juga relevan dengan negara-negara lain di kawasan ini. Di Thailand, hampir 40.000 orang menjadi korban penipuan online.

Korban ditunjukkan dengan transasksi tidak dikenal dari rekening bank dan kartu kredit mereka.

Scammers juga menggunakan situs bank palsu untuk mencuri rincian perbankan Malaysia tahun lalu.

Ilustrasi scammers melalui telepon. [Shutterstock]
Ilustrasi scammers melalui telepon. [Shutterstock]

Peniruan identitas terhadap platform e-commerce teratas di Vietnam juga digunakan untuk mengelabui pengguna untuk mengirimkan sejumlah uang.

Menurut Kamluk, tren ini didorong oleh otomatisasi beberapa layanan, seperti panggilan otomatis dan pengiriman pesan awal otomatis, dengan harapan dapat memicu operasi penipuan manual yang digerakkan oleh manusia.

"Kami percaya tren ini akan berkembang lebih jauh di masa depan, termasuk produksi dokumen yang disesuaikan dengan korban, gambar, video deep fake, hingga sintesis suara," jelasnya.

Diprediksi bahwa penipuan teknis nan canggih seperti itu kemungkinan mulai terjadi pada 2022.

Baca Juga: Kumpulkan Selfie Selama 5 Tahun, Ghozali Sukses Jual Fotonya lewat NFT

Seperti dibahas di atas, sengan berkurangnya serangan ransomware yang ditargetkan secara terbuka, justru mengekspos data curian.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI