Suara.com - Asus Indonesia mengaku kalau produk laptopnya juga terdampak krisis chip yang saat ini melanda perusahaan teknologi. Mereka memperkirakan kalau fenomena ini bakal terus berlangsung hingga 2024.
“Krisis chip diperkirakan terus lanjut hingga 2023 atau 2024,” kata Muhammad Firman selaku Head of Public Relations Systems Business Group Asus Indonesia saat ditemui di Jakarta, Rabu (5/1/2021).
Ia menyatakan, krisis chip di 2022 ini memang bakal terus berlangsung. Namun tahun ini tak separah di 2021.
Firman bercerita, sebelum krisis chip berlangsung, Asus biasanya masih menyimpan stok laptop di gudang hingga 30 persen hingga tiga bulan. Setelah krisis chip, tepatnya pada 2020-2021, stok laptop Asus hanya tersisa 10 persen dalam waktu beberapa minggu saja.
"Jadi sebelum krisis chip masalah kami adalah bagaimana stok laptop itu bisa terjual semua. Kini masalah kami adalah bagaimana menjelaskan ke distributor kalau stoknya memang sudah habis semua," kelakar Firman.
Ia juga menjelaskan kalau krisis chip berpengaruh pada kenaikan harga laptop Asus. Sebagai contoh, laptop Asus dengan prosesor Intel Celeron biasanya dijual dalam rentang harga Rp 3-4 jutaan.
"Kini setelah adanya krisis chip, laptop Asus Celeron bisa dijual seharga Rp 5-6 jutaan. Karena memang kebutuhan laptop sekarang makin tinggi, terutama bagi para pelajar sekolah," tuturnya.
Firman menilai krisis bisa diatasi apabila produsen chip membuat pabrik baru untuk menambah produksinya.
"Contohnya Intel, katanya mereka kan mau buat pabrik baru. Tapi kemungkinan itu jadinya lama. Jika pabrik itu selesai, saya kira krisis chip bisa teratasi. Sebab tak hanya Asus yang mengalami ini, tapi semua produsen laptop di Indonesia," jelasnya.
Baca Juga: Krisis Chip Tak Kunjung Usai, Produsen Kesulitan Mendapat Tenaga Kerja yang Layak