Suara.com - Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) membagikan sejumlah fenomena astronomis yang patut disaksikan selama 2022.
"Kami telah memilihkan sepuluh fenomena astronomis yang wajib kalian saksikan selama tahun 2022," kata Andi Pangerang selaku Peneliti di Pusat Riset Antariksa LAPAN-BRIN, dikutip Senin (3/1/2022).
Setidaknya ada 10 fenomena astronomis yang direkomendasikan LAPAN selama 2022. Berikut rinciannya.
1. Selasa, 4 Januari – Puncak Hujan Meteor Qudarantid
Baca Juga: Banjir Rob Jakarta Diprakirakan Semakin Sering Terjadi Karena Siklus Orbit Bulan
Quadrantid adalah hujan meteor yang titik radiantnya berasal dari konstelasi Quadrans Muralis (kini menjadi bagian dari konstelasi Bootes).
Intensitas maksimum hujan meteor ini sebesar 200 meteor/jam.
Sehingga, dengan ketinggian maksimum titik radian di Indonesia yang bervariasi antara 16,3° (Pulau Rote) hingga 35,8° (Sabang), intensitasnya berkurang menjadi 56 meteor/jam (Pulau Rote) hingga 117 meteor/jam (Sabang).
Quadrantid dapat disaksikan dari arah Timur Laut sejak pukul 04.00 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.
2. Selasa, 5 April – Puncak Konjungsi Mars-Saturnus (0,3°)
Baca Juga: Ada 2 Kali Hujan Meteor, 5 Fenomena Langit Desember 2021 yang Bisa Diamati di Indonesia
Awal Ramadan 1443 Hijriah disambut konjungsi Mars - Saturnus yang dapat disaksikan dari arah Timur saat bersantap sahur pukul 03.00 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.
Fenomena ini sebelumnya pernah terjadi pada 3 April 2018 dan 1 April 2020. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 11 April 2024 dan 20 April 2026.
3. 24-29 April – Konjungsi Kuintet Saturnus-Mars-Venus-Jupiter-Bulan
Sepuluh hari terakhir Ramadan 1443 Hijriah ditutup dengan fenomena astronomis Konjungsi Kuintet, yakni lima benda langit yang tampak segaris secara visual sekaligus, Saturnus, Mars, Venus, Jupiter, dan Bulan.
Fenomena ini dapat disaksikan sejak pukul 04.00 waktu setempat dari arah Timur memanjang hingga Tenggara.
Khusus pada 29 April, fenomena ini baru dapat disaksikan sejak awal fajar astronomis atau 75 menit sebelum Matahari terbit.
4. Minggu, 1 Mei – Puncak Konjungsi Venus-Jupiter
Menjelang Idul Fitri 1443 Hijriah, Venus berkonjungsi dengan Jupiter dengan sudut pisah 14 menit busur.
Fenomena ini dapat disaksikan pada arah Timur saat bersantap sahur pukul 03.30 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.
Ini sebelumnya pernah terjadi pada 25 November 2018 dan 12 Februari 2021. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 2 Maret 2023 dan 24 Mei 2024.
5. Jumat, 27 Mei – Okultasi Venus oleh Bulan
Okultasi adalah peristiwa terhalangnya benda langit yang tampak lebih kecil oleh benda langit lain yang tampak lebih besar jika diamati dari Bumi, seperti Matahari dan Bulan.
Ini karena konfigurasi ketiga benda langit membentuk garis lurus jika diamati dari pengamat tata surya.
Selain itu, benda langit yang tampak lebih kecil sebenarnya berada jauh di belakang benda langit lain yang jaraknya lebih dekat dengan Bumi.
Secara global, Venus mengalami okultasi oleh Bulan pada tanggal 27 Mei sejak pukul 00.36 UT hingga 05.30 UT.
Di Indonesia, Bulan berfase Sabit Akhir dengan iluminasi antara 10,6%-10,3% ketika mengokultasi Venus.
Sebagian wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Bali, NTB, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara dan sebagian provinsi Papua Barat, mengalami Okultasi Venus pada pagi hari setelah Matahari terbit hingga siang hari, sehingga hanya disaksikan menggunakan alat bantu.
6. 14-15 Juni dan 13-14 Juli - Bulan Purnama Super
Bulan Purnama Super atau Bulan Purnama Perige adalah fase Bulan Purnama yang terjadi beriringan dengan ketika Bulan berada di titik terdekatnya dari Bumi atau disebut juga Perige.
Bulan Purnama Super terjadi setiap tahun, setidaknya satu kali dalam setahun.
Puncak Bulan Purnama Super terjadi pada 14 Juni 2022 pukul 18.51.35 WIB, 19.51.35 WITA, 20.51.35 WIT dengan jarak 357.658 km.
Pada 14 Juli 2022 pukul 01.37.23 WIB, 02.37.23 WITA, 03.37.23 WIT dengan jarak 357.416 km.
7. Sabtu, 25 Juni – Okultasi Uranus oleh Bulan
Secara global, Uranus mengalami okultasi oleh Bulan pada 24 Juni sejak pukul 19.57 UT hingga 00.33 UT.
Di Indonesia, Bulan berfase Sabit Akhir dengan iluminasi antara 15,3%-15,2% ketika mengokultasi Uranus.
Sebagian wilayah Indonesia seperti Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, Sulawesi, Maluku Utara.
Maluku mengalami Okultasi Uranus ketika fajar sebelum Matahari terbit, sedangkan provinsi Papua Barat dan Papua mengalami Okultasi Uranus, ketika fajar sebelum Matahari terbit hingga setelah Matahari terbit.
8. 13-14 Agustus – Puncak Hujan Meteor Perseid
Perseid adalah hujan meteor yang titik radiannya berasal dari konstelasi Perseus. Intensitas maksimum hujan meteor ini adalah sebesar 100 meteor per jam.
Perseid bersumber dari sisa debu komet 109P/Swifts-Tuttle. Kecepatan meteor pada hujan meteor Perseid ini dapat mencapai 212.400 km per jam.
Perseid dapat disaksikan hingga 25 menit sebelum Matahari terbit ketika titik radiannya berkulminasi di arah Utara.
9. Selasa, 8 November – Gerhana Bulan Total
Gerhana Bulan Total adalah fenomena astronomis ketika seluruh permukaan Bulan memasuki bayangan inti (umbra) Bumi.
Hal ini disebabkan oleh konfigurasi antara Bulan, Bumi, dan Matahari membentuk sebuah garis lurus.
Selain itu, Bulan berada di dekat titik simpul orbit Bulan, yakni perpotongan antara ekliptika (bidang edar Bumi mengelilingi Matahari) dengan orbit Bulan.
Gerhana Bulan Total kali ini terjadi pada 8 November 2022 dengan durasi total selama 1 jam 24 menit 58 detik dan durasi umbral (sebagian dan total) selama 3 jam 39 menit 50 detik.
Puncak Gerhana Bulan Total bisa disaksikan di seluruh wilayah Indonesia kecuali Aceh, Sumut, Sumbar, dan Bengkulu.
10. 14-15 Desember – Puncak Hujan Meteor Geminid
Geminid adalah hujan meteor yang titik radiantnya berasal dari konstelasi Gemini. Intensitas maksimum hujan meteor ini sebesar 120 meteor per jam.
Geminid dapat disaksikan dari arah Timur Laut hingga Barat Laut sejak pukul 20.30 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.