Suara.com - Seorang perempuan mengaku jadi korban pelecehan seksual secara virtual di percobaan platform VR metaverse milik Horizon Worlds dari Meta, perusahaan yang kini menjadi induk Facebook.
Pelecehan seksual ini terjadi pada 26 November yang baru diungkap Meta pada 1 Desember. Korban mengaku bahwa ia diraba oleh seorang tak dikenal.
"Pelecehan seksual bukanlah lelucon biasa di internet, namun berada di VR menambah lapisan lain yang membuatnya lebih intens," kata perempuan tersebut, dikutip dari New York Post, Selasa (21/12/2021).
Ia mengaku bahwa bukan hanya dirinya yang diraba dalam percobaan metaverse tersebut.
Baca Juga: Mengenal NFT dan Metaverse, Aset Digital yang Dijual Syahrini
Bahkan, beberapa orang lain mendukung pelecehan yang membuatnya terisolasi di Plaza atau tempat berkumpul di dunia virtual.
Setelahnya, Meta kemudian meluncurkan penyelidikan internal atas masalah yang dihadapi korban.
Perusahaan juga menyayangkan insiden yang dialami perempuan itu.
Vivek Sharma selaku Vice President Horizon mengaku, tengah menyiapkan fitur Safe Zone yang memungkinkan pengguna memblokir interaksi dengan orang lain.
Namun, perusahaan masih memerlukan waktu untuk membuat fitur menjadi lebih mudah dan dapat ditemukan.
Juru bicara Meta, Kristina Milian mengatakan bahwa pengguna mesti menyelesaikan pelatihan yang mencakup alat perlindungan, sebelum nantinya bergabung ke Horizon Worlds.
Baca Juga: Masa Depan Internet, Ini Arti Metaverse yang Ramai Jadi Perbincangan
Sebagai informasi, Facebook mengumumkan kehadiran Horizon Worlds yang dioperasikan oleh perusahaan VR Oculus.
Ini adalah dunia digital yang diuji coba untuk pengguna 18 tahun ke atas di Amerika Serikat dan Kanada.
Mengutip India Today, Horizon Worlds adalah langkah awal menuju metaverse.
Platform ini memungkinkan pengguna untuk bersosialisasi maupun bermain game dengan 20 avatar yang masih dalam bentuk tanpa kaki.