Suara.com - Meta mengungkap ada sekitar 50.000 pengguna Facebook dan Instagram, yang diintai oleh perusahaan pengawas swasta di seluruh dunia.
Disebutkan bahwa pengguna yang diawasi berasal di lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia.
Mengutip The Verge, Minggu (19/12/2021), akun yang diawasi adalah mereka yang berprofesi sebagai wartawan, oposisi, kritikus, keluarga oposisi, hingga aktivis HAM.
Adapun perusahaan pengawas yang terlibat yakni Cobwebs Technologies, Cognyte, Black Cube, Blue Hawk CI, BellTroX, Cytrox, dan satu perusahaan yang belum diketahui.
Baca Juga: Komen Instagram Member BTS Jadi Ruang Chat Pribadi, ARMY Tidak Bisa Nimbrung
Rincinya, empat perusahaan itu dari Israel dan sisanya berasal dari China, India, dan Makedonia Utara.
Meta menemukan bahwa perusahaan yang mengintai pengguna Indonesia adalah Cognyte.
Perusahaan pengawas asal Israel ini menjual akses ke platformnya yang memungkinkan pengelolaan akun palsu di Facebook, Instagram, Twitter, YouTube, VK, dan situs web lain yang mengumpulkan data.
"Investigasi kami mengidentifikasi pelanggan di Israel, Serbia, Kolombia, Kenya, Maroko, Meksiko, Yordania, Thailand, dan Indonesia," kata Meta dalam laporan bertajuk Threat Report on the Surveillance-for-Hire Industry.
Menurutnya, target mereka termasuk jurnalis dan politisi di seluruh dunia.
Baca Juga: Jumlah Pengguna Aktif Bulanan Instagram Capai 2 Miliar
Meta menyebut bahwa perusahaan itu sering mengklaim bahwa layanan dan pengawasan mereka dimaksudkan pada penjahat dan teroris.
Namun, penyelidikan Meta menemukan bahwa penargetan itu justru tak pandang bulu karena turut mengawasi jurnalis, oposisi, kritikus, keluarga oposisi, hingga aktivis HAM.
Faktanya, dijelaskan, untuk platform seperti milik kami, tidak ada cara untuk membedakan tujuan atau legitimasi penargetan tersebut.
"Inilah sebabnya mengapa kami fokus pada penegakan terhadap perilaku ini, terlepas dari siapa di belakangnya atau siapa targetnya," jelas Meta dalam blog resminya.
Untuk mengatasinya, Facebook menghapus sekitar 100 akun Facebook dan Instagram yang ditautkan ke Cognyte (sebelumnya dikenal WebintPro) beserta pelanggannya.
Meta mengaku bahwa penyelidikan ini dilakukan selama berbulan-bulan.
Mereka juga sudah menghapus akun, tak hanya dari Cognyte, yang dinilai melanggar Standar Komunitas dan Persyaratan Layanan.
Tak hanya itu, Meta juga sudah memperingatkan 50.000 akun yang diyakini menjadi sasaran mata-mata dari perusahaan itu lewat sistem buatannya.