Krisis Chip, Xiaomi Tak Lagi Rajai Pasar Ponsel Indonesia

Jum'at, 17 Desember 2021 | 19:34 WIB
Krisis Chip, Xiaomi Tak Lagi Rajai Pasar Ponsel Indonesia
Xiaomi tak lagi jadi raja pasar ponsel Indonesia akibat krisis chip. Foto: Country Director Xiaomi Indonesia, Alvin Tse meresmikan Mi Store di Jakarta Barat Jumat (17/12/2021). [Suara.com/Dicky Prastya]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Xiaomi mengakui krisis chip yang melanda dunia saat ini membuatnya tak lagi menjadi penguasa pasar ponsel Indonesia. Di kuartal tiga 2021, Xiaomi menempati posisi ke 4 dalam pengiriman smartphone di Indonesia.

"Chipset shortage sepertinya berpengaruh juga ke brand lain, tapi khusus Xiaomi Indonesia, ini bisa dibilang rasanya lebih keras," kata Alvin Tse selaku Country Director Xiaomi Indonesia, saat ditemui di Jakarta, Jumat (17/12/2021).

Akibat krisis chipset pula Xiaomi Indonesia memutuskan menaikkan harga Rp 100.000 ke sejumlah smartphone seperti Redmi 9A, Redmi 9C, Poco M3 Pro 5G, dan Redmi Note 10 5G.

Alvin menyebut ada beberapa alasan yang memengaruhi ini. Pertama, Xiaomi sempat menempati posisi ke-1 di Indonesia pada kuartal dua (Q2) 2021. Alhasil, stok ponsel lebih cepat habis seiring naiknya permintaan.

Baca Juga: Xiaomi Targetkan Buka 800 Toko Offline di Indonesia Tahun Depan

"Ini seperti roller coaster, naik tinggi di awal kemudian jatuh di kuartal selanjutnya," tambah Alvin.

Alasan kedua, Alvin mengklaim Xiaomi menjadi perusahaan asal China yang termasuk besar di dunia. Ia mengatakan, Xiaomi punya pangsa pasar di 118 negara di dunia.

"Sementara brand lain dari China mungkin hanya memiliki 30 market," lanjut Alvin.

Dengan pasar yang lebih besar, Xiaomi juga mesti menyediakan komponen yang sama. Alhasil, krisis chip itu turut berdampak di Indonesia.

Lebih lanjut, Alvin memprediksi krisis chip ini bakal terus berlanjut dalam beberapa bulan ke depan.

Baca Juga: Redmi Buds 3 dan Redmi Watch 2 Lite Masuk Indonesia, Harga di bawah Rp 1 Juta

"Dua bulan terakhir sudah berefek, dan saya kira akan terus berlanjut hingga dua bulan tahun 2022," jelas Alvin.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI