Transaksi Digital Diprediksi Meningkat, Pelindungan Data Pribadi Semakin Dibutuhkan

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 09 Desember 2021 | 21:18 WIB
Transaksi Digital Diprediksi Meningkat, Pelindungan Data Pribadi Semakin Dibutuhkan
Transaksi digital di Indonesia diprediksi akan terus meningkat. Sayang belum ada regulasi yang menjamin keamanan data pribadi. Foto: Ilustrasi transaksi digital. [Freepik]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Thomas Dewaranu mengatakan bahwa potensi transaksi digital akan terus meningkat karena pembatasan mobilitas masih diterapkan. Di saat yang sama, keamanan data konsumen digital juga semakin rentan dan butuh jaminan pelindungan.

"Pembatasan mobilitas disertai berbagai macam promo seperti Harbolnas pada 12 Desember yang akan datang potensial meningkatkan kegiatan jual-beli online," kata Thomas dalam pernyataan di Jakarta, Kamis (9/12/2021).

Ia memastikan perkembangan aktivitas ekonomi digital yang sangat pesat di era pembatasan kegiatan ini harus dibarengi dengan upaya nyata untuk mendukung keamanan dan pertumbuhan di sektor digital.

Namun, menurut dia, kehadiran internet yang menyasar 43,52 persen dari populasi pada 2019, belum memberikan manfaat kepada masyarakat miskin, perempuan, lansia, dan penduduk dengan letak geografis timur Indonesia.

Baca Juga: DANA: Transaksi Digital Tumbuh di 2022, Sektor Game Paling Menonjol

Tanpa pembenahan, maka peningkatan transaksi ekonomi digital hanya akan dinikmati masyarakat dengan akses internet dan layanan e-commerce yang umumnya berada di perkotaan.

Untuk itu, ia meminta adanya upaya untuk meminimalisir ketimpangan akses teknologi informasi dan komunikasi serta kemampuan digital antardaerah dan antarkonsumen di Indonesia.

Selama ini, ketimpangan akses teknologi informasi dan komunikasi dan kemampuan digital dapat menjadi hambatan dalam meningkatkan penetrasi ekonomi digital dan menciptakan peluang ekonomi bagi yang tinggal di kota-kota kecil dan jauh dari pusat ekonomi.

"Selain memastikan masyarakat punya akses, harus juga dipastikan bahwa mereka mengerti cara memanfaatkan layanan-layanan digital beserta risikonya," kata Thomas.

Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah pertumbuhan layanan pay later, yang seharusnya diikuti dengan edukasi terhadap konsumen terkait penggunaan dan pemahaman risiko dari model pembayaran ini.

Baca Juga: Hingga November 2021, Transaksi Pasar Digital UMKM Tembus Rp16,2 Triliun

Data dari Katadata Insight Center dan Kredivo 2021 menunjukkan bahwa penggunaan pay later sebagai opsi pembayaran sudah berada di atas pembayaran dengan kartu kredit dan debit.

Dengan demikian, penyedia jasa pembayaran pay later mempunyai tanggung jawab untuk memastikan transparansi bunga dan metode penagihan terhadap konsumen.

Thomas menyakini salah satu solusi dari perlindungan konsumen dari transaksi pembayaran digital adalah pengesahan RUU Pelindungan Data Pribadi yang saat ini sedang dibahas oleh DPR dan pemerintah.

"Legislasi Rancangan UU Pelindungan Data Pribadi harus memastikan konsumen mendapatkan pengetahuan serta perlindungan yang konsisten untuk data pribadi dan transaksi, baik secara langsung maupun online," kata Thomas.

Sebelumnya, Data Google, Temasek, & Bain Co menyatakan bahwa pada 2021, GMV ekonomi digital secara keseluruhan di Indonesia menyentuh angka 70 miliar dolar AS dan akan mencapai 146 miliar dolar AS pada 2025. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI