Suara.com - Platform pembayaran non-tunai smartphone, Line Pay, mengumumkan bahwa sekitar 130.000 data pengguna bocor di internet, selama lebih dari dua bulan dari September hingga November 2021.
Diketahui kebocoran data Line Pay terjadi lantaran tidak sengaja dilakukan oleh karyawan perusahan.
File ini berasal dari program promosi Line Pay yang diadakan pada akhir Desember hingga April 2021.
Dikutip dari The Register, Kamis (9/12/2021), kebocoran data ini mencakup lebih dari 51.000 pengguna Line Pay di Jepang serta hampir 82.000 pengguna di Taiwan dan Thailand.
Data ini diakses 11 kali selama sepuluh minggu.
Baca Juga: Polisi Pasang Police Line di Sejumlah Ruangan TKP Kebakaran Gedung Cyber 1
Adapun kategori data yang bocor mencakup tanggal, waktu, jumlah transaksi, nomor identifikasi pengguna, hingga toko.
Data penting seperti nama, alamat, telepon, kartu kredit, dan nomor rekening bank tidak terekspos.
Line Pay menyebut sejauh ini tidak ada dampak buruk dari kebocoran informasi yang dilaporkan.
Namun, tak menutup kemungkinan data itu bisa diidentifikasi lewat analisis khusus.
Perusahaan juga telah mengkonfirmasi 11 contoh di mana informasi diakses secara eksternal.
Baca Juga: TWICE Jadi Artis Korea Pertama Lampaui 950 Ribu Followers di LINE MUSIC
Line Pay turut memperingatkan pengguna bahwa mereka bisa saja menerima pesan mencurigakan dari penipu.
"Kami meminta maaf karena menyebabkan masalah dan kekhawatiran besar," kata Line, dikutip dari Japan Today.
Line Pay adalah platform pembayaran yang memungkinkan pengguna untuk saling kirim uang, transaksi online, hingga alat pembayaran di toko maupun restoran.