Suara.com - Setiap bulan akan selalu ada fenomena langit yang pernah terjadi, entah dapat terlihat dengan jelas atau tidak.
Dilansir dari In The Sky, berikut ini lima peristiwa langit yang akan terjadi pada Desember 2021:
Satelit alami Bumi akan tampak berdekatan dengan Venus pada 7 Desember mendatang.
Baca Juga: 5 Fenomena Astronomis selama 23-29 November 2021, Ada Nadir Ka'bah
Keduanya akan berbagi kenaikan yang sama dengan Venus akan berada pada jarak 1 derajat di selatan Bulan.
Pasangan ini akan terlihat sekitar pukul 18:14 WIB dengan ketinggian 33 derajat di atas cakrawala barat daya.
Bulan dan Venus akan tenggelam 2 jam 45 menit setelah Matahari pada pukul 20:43 WIB.
Bulan akan berada di mag -10.4 dan Venus di mag -4.7, keduanya bisa ditemukan di konstelasi Sagitarius.
2. Hujan meteor Puppid-Velid
Baca Juga: Fenomena Astronomis selama 18-22 November 2021, Ada Gerhana Bulan Sebagian
Hujan meteor Puppid-Velid akan aktif dari 1 Desember hingga 15 Desember, namun puncaknya akan terjadi pada 7 Desember 2021.
Selama periode ini, pengamat akan memiliki peluang untuk melihat meteor Puppid-Velid di konstelasi Vela.
Hujan meteor baru akan terlihat sekitar pukul 20:36 WIB setiap malam, ketika titik pancarannya naik di atas ufuk timur.
Hujan meteor ini akan tetap aktif hingga fajar menyingsing sekitar pukul 05:06 WIB.
Hujan meteor tersebut kemungkinan akan menghasilkan tampilan terbaik pada sekitar pukul 03:00 WIB, saat titik pancarannya berada paling tinggi di langit.
Pada puncaknya, hujan meteor Puppid-Velid diperkirakan menghasilkan laju nominal sekitar 10 meteor per jam.
Namun dari pandangan langit Indonesia, pengamat diperkirakan dapat melihat hingga 7 meteor per jam ketika puncak.
Hingga saat ini, sayangnya belum diketahui komet atau asteroid jenis apa yang menjadi asal hujan meteor Puppid-Velid.
Pasalnya, komet atau asteroid tersebut memiliki orbit yang lebar ketika mengitari Matahari, membuatnya sulit untuk dilacak.
3. Konjungsi Bulan dan Saturnus
Setelah berbagi kenaikan yang sama dengan Venus, Bulan akan terlihat berdekatan dengan Saturnus di langit pada 8 Desember.
Planet bercincin itu akan berada pada jarak 4 derajat di selatan Bulan.
Pasangan ini akan terlihat sekitar pukul 18:15 WIB dengan ketinggian 48 derajat di atas ufuk barat.
Keduanya akan tenggelam menuju cakrawala, sekitar 3 jam 44 menit setelah Matahari pada pukul 21:43 WIB.
Pada saat itu, Bulan akan berada pada magnitudo -11,0 dan Saturnus pada magnitudo 0,5, keduanya berada di konstelasi Capricornus.
Jika pengamat ingin melihat cincin Saturnus dengan jelas, pengamat disarankan menggunakan bantuan teleskop dengan pembesaran minimum 175 kali.
Hujan meteor Geminid akan aktif dari 4 Desember hingga 17 Desember, dengan puncak meteor akan terjadi pada 14 Desember 2021.
Selama periode ini, pengamat memiliki peluang untuk melihat meteor Geminid di konstelasi Gemini.
Hujan meteor Geminid baru akan terlihat sekitar pukul 20:06 WIB setiap malam, ketika titik pancarannya naik di atas ufuk timur.
Hujan meteor ini akan tetap aktif hingga fajar menyingsing sekitar pukul 05:08 WIB.
Pancuran hujan meteor ini akan menghasilkan tampilan terbaiknya sekitar pukul 02:00 WIB, ketika titik pancarannya paling tinggi di langit.
Pada puncaknya, hujan meteor diperkirakan akan menghasilkan laju nominal sekitar 120 meteor per jam.
Dari wilayah Indonesia, pancaran hujan meteor akan muncul pada ketinggian puncak 50 derajat di atas cakrawala, sehingga diperkirakan pengamat dapat melihat hingga 92 meteor per jam.
Hujan meteor Geminid sendiri berasal dari asteroid 3200 Phaethon, batuan antariksa yang mengitari Matahari sekali setiap 1,43 tahun.
5. Solstis Desember
Pada 21 Desember akan menjadi hari terpanjang di tahun 2021 untuk belahan Bumi selatan karena merupakan hari pertengahan musim panas.
Sementara di belahan Bumi utara akan menjadi hari terpendek karena hari pertengahan musim dingin.
Ini merupakan peristiwa ketika gerak tahunan Matahari melalui rasi bintang zodiak, mencapai titik paling selatan di langit.
Tepatnya di depan rasi bintang Capricornus yang disebut dengan solstis.
Saat Solstis Desember terjadi, wilayah-wilayah di belahan Bumi selatan akan mengalami siang hari yang lebih panjang dari biasanya.
Sementara itu, wilayah-wilayah di belahan Bumi utara akan mengalami malam hari yang lebih panjang.
Peristiwa ini terjadi karena poros rotasi Bumi terhadap Matahari tidak tegak lurus, melainkan miring sekitar 23,5 derajat.
Kemiringan ini bisa menyebabkan salah satu belahan Bumi lebih condong tersinari Matahari daripada belahan Bumi lainnya.
Bumi mengorbit Matahari sekali setiap 365,242 hari dan ini adalah periode waktu di mana siklus titik balik matahari dan ekuinoks berulang dari satu tahun ke tahun berikutnya.
Pada tahun mana pun yang bukan tahun kabisat, titik balik matahari terjadi kira-kira 5 jam 48 menit, kurang dari seperempat hari, dari satu tahun ke tahun berikutnya.
Inilah sebabnya mengapa musim akan bergeser di akhir tahun jika bukan karena satu hari tambahan dimasukkan ke dalam setiap tahun keempat pada 29 Februari.
Namun di Indonesia sendiri, fenomena ini tidak akan terlalu berdampak karena terletak di wilayah dekat ekuator.