Viral Warganet Kena Tipu Usai Ikut Challenge Add Yours di Instagram Stories

Selasa, 23 November 2021 | 20:03 WIB
Viral Warganet Kena Tipu Usai Ikut Challenge Add Yours di Instagram Stories
Challenge Add Yours di Instagram Stories kini menjadi modus penipuan atau pencurian data pribadi. Foto: ilustrasi Instagram Stories. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang warganet membagikan kisah temannya setelah mengikuti challenge tren Add Yours di Instagram Stories. Akibat fitur itu, temannya kena tipu dan ceritanya viral di Twitter.

Add Yours sendiri merupakan sebuah fitur yang bisa dibagikan pengguna lewat Instagram Stories. Fitur berbentuk stiker yang diresmikan awal November ini memungkinkan pengguna bisa lebih interaktif dengan membuat tren tertentu.

Berdasarkan pantauan Suara.com, Add Yours memang mulai menyebar di Instagram Stories. Isinya beragam, mulai dari nama panggilan masa kecil, beda usia pasangan, hingga arti nama pengguna.

Sayang Add Yours justru menjadi salah satu upaya penipuan. Hal ini dikarenakan seorang pengguna membagikan nama panggilan di fitur tersebut.

Baca Juga: Waspada Modus Penipuan dari Tren Unggah Data Pribadi di Instagram

Kisah ini dibagikan oleh akun Twitter Dita Moechtar pada Selasa (23/11/2021) pagi ini. Ia menjelaskan bahwa temannya kena tipu setelah pelaku memanggilnya dengan panggilan masa kecilnya.

"Pagi td temen sy tlp, nangis2 abis ditipu katanya. Biasalah, penipu yg tlp minta transfer gtu. Yg bikin temen sy percaya, si penipu manggil dia pim. Pim adlh panggilan kecil tmn sy, yg hanya org deket yg tau. Terus dia inget dia abis ikutan ini," kata @ditamoechtar_ sembari menautkan screenshot Add Yours variasi panggilan nama kamu di Twitter.

Suara.com sudah meminta izin ke Dita Moechtar untuk mengutip tweet miliknya.

Tak hanya Dita, warganet Twitter lain turut membagikan efek dari fitur Add Yours Instagram Stories. Bedanya, ia tak kena penipuan seperti yang dialami teman Dita.

"Jaman sekarang enak dah kalo mau nipu orang. Liat IG Story nya aja, tungguin dia latah prompt sticker kumpulin informasinya, Nama panggilan, Kota tinggal, Nama pasangan/anak, Ultah. Ga sekalian besok2 masukin nama Ibu Kandung, sama 3 nomor belakang CVV/CVC kamu?" kata Eza Hazami lewat akun Twitter @ezash.

Baca Juga: Penggunaan Media Sosial Meningkatkan Kesepian Emosional

Suara.com juga sudah meminta izin ke Eza Hazami untuk mengutip tweet miliknya.

Efek Add Yours Instagram Stories

Seperti yang diungkap Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet), tren baru ini disebut menimbulkan modus penipuan yang disebut social engineering (rekayasa sosial) dan profiling.

"Sebuah reminder dari @awaskbgo tentang mengumbar data pribadi di media sosial," tulis SAFEnet lewat akun Instagram, dikutip Selasa (23/11/2021).

SAFEnet menjelaskan, Social Engineering alias rekayasa sosial adalah teknik manipulasi psikologi agar individu atau grup, mau melakukan sesuatu atau menyerahkan informasi tertentu seperti data pribadi secara sukarela.

Social Engineering biasa terjadi dengan mempertimbangkan kondisi seseorang yang tidak sadar penuh (seperti mengantuk atau capek), emosi berlebihan (marah atau panik), hingga tidak paham konsekuensinya.

"Seperti mengikuti tantangan atau ajakan di media sosial yang terdengar sepele dan tidak berbahaya," tulis SAFEnet.

Modus selanjutnya adalah profiling yang berarti mengumpulkan dan menyusun informasi dari individu atau grup berdasarkan karakteristik, tendensi, atau informasi dengan tujuan tertentu yang bisa saja merugikan.

Menurut SAFEnet, profiling ini bisa dilakukan dengan mengumpulkan data-data pribadi yang bisa jadi tanpa sadar diumbar secara terbuka, seperti ke followers, non-followers, hingga stalker.

Profiling ini bisa terjadi lantaran pengguna mengikuti tantangan atau ajakan di media sosial seperti berbagi 'variasi panggilan nama kamu' yang nyatanya adalah data pribadi.

Akibatnya, tren ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan penipuan pada orang-orang di sekitar atau keluarga dekat pengguna.

"Dengan memanfaatkan data pribadi lewat profiling itu, pelaku bisa beraksi seolah-olah kita atau mengenal kita dengan dekat," tutur SAFEnet.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI