Suara.com - Sekolah-sekolah dan kampus di Ibu Kota India, Delhi ditutup akibat tingginya tingkat polusi udara di kota tersebut. Pemerintah India juga melarang semua kegiatan konstruksi sampai 21 November karena polusi udaradi kota itu sudah masuk ke tingkat beracun.
Sementara itu, otoritas setempat juga telah menghentikan operasi enam dari 11 pembangkit listrik tenaga batu bara yang ada di sekitar kota tersebut. Truk-truk juga dilarang melintas, kecuali yang membawa barang atau produk esensial.
Pada Selasa (16/11/2021), level PM 2,5 di Delhi sudah jauh di atas ambang yang ditetapkan oleh badan kesehatan dunia atau WHO. PM2,5 adalah partikel halus di udara yang berukuran 2,5 mikrometer. Partikel ini bisa masuk ke sistem pernafasan manusia dan merusak organ seperti paru-paru hingga jantung.
Menurut standar WHO, angka PM 2,5 yang aman adalah 0 sampai 35,4 atau setara dengan 100 pada indeks kualitas udara (AQI). Di level 100 - 150, udara sudah tidak aman untuk mereka yang memiliki masalah pernafasan atau kesehatan lain. Sementara di atas 150 sudah dinilai beracun bahkan bagi orang sehat.
Baca Juga: Polusi Udara Mengancam Nyawa Pekerja, India Tutup Perkantoran di New Delhi
Sementara di beberapa tempat di Delhi, indeks kualitas udara sudah menembus 400 pada Selasa kemarin dan karenanya sudah masuk pada kategori parah.
Tingginya polusi udara di Delhi dipicu oleh beberapa faktor, mulai dari emisi kendaraan dan industri, hingga debu yang selalu muncul di musim dingin. Ini menjadikan Delhi sebagai ibu kota negara dengan udara paling beracun di dunia.
Kondisi ini diperparah oleh kebiasaan para petani di negara-negara bagian sekitar Delhi yang membakar sisa tanaman usai panen pada musim dingin. Selain itu, sisa pembakaran petasan usai perayaan Diwali pada awal November juga membuat udara semakin beracun.
Tetapi tahun ini polusi udara sangat parah, sehingga Mahkamah Agung India pada Senin (15/11/2021) memerintahkan pemerintah daerah dan pemerintah pusat India untuk mengambil langkah tegas demi mengatasi masalah tersebut. [Reuters/BBC]
Baca Juga: Ahli: Polusi Udara Bisa Perburuk Kondisi Penyintas Virus Corona Covid-19