Suara.com - Poco F3 dirilis di Indonesia pada April lalu. Ponsel ini diperkenalkan bersama model kelas menengah, Poco X3 Pro.
Dengan harga sekitar Rp 5 jutaan, kamu bisa memboyong Poco F3 yang membawa spesifikasi kelas flagship, seperti Snapdragon 870 hingga layar Dynamic AMOLED.
Poco F3 sendiri hadir dengan varian 6GB/128GB dan 8GB/256GB. Adapun varian warnanya adalah Deep Ocean Blue dan Arctic White.
Suara.com berkesempatan menjajal Poco F3 varian 8GB/256GB berwarna Deep Ocean Blue selama hampir tiga minggu. Berikut ulasannya.
Baca Juga: Review realme GT Neo2: Desain Cantik, Spesifikasi Apik
Desain dan Isi Boks
Poco F3 mengusung dimensi ukuran 163,7 x 76,4 x 7,8 mm dengan berat 196 gram.
Bagian depan dan belakang sama-sama dilapisi kaca, sementara bingkainya terbuat dari plastik.
Panel belakang tersemat modul tiga lensa, di mana ada dua kamera besar yang disusun vertikal bersama satu lensa kecil dan satu lampu flash LED.
Ada juga fitur NFC yang bisa digunakan untuk cek saldo kartu digital.
Baca Juga: Review Asus Zenfone 8: Spek Tinggi di Balik Bodi Mini
Bagian bawah menjadi tempat untuk port USB-C, dual-SIM (tanpa microSD), mikrofon, dan speaker.
Bagian atasnya juga muncul speaker, yang menandakan Poco F3 memiliki dual speaker.
Sisi kiri tidak ada apapun, sedangkan sisi kanannya muncul tombol volume dan pengatur daya sekaligus untuk sensor sidik jari.
Boksnya sendiri berisi satu unit Poco F3, adaptor charger, kabel USB C, adaptor jack headphone 3.5mm to USB C, soft case, SIM ejector, panduan pengguna, hingga kartu garansi.
Kesan pertama kami saat memegang Poco F3 adalah dimensi ponsel yang cukup besar dan berat, namun tetap nyaman digenggam.
Bagi mereka yang terbiasa dengan ukuran ponsel besar pasti akan cocok dengan Poco F3.
Meskipun bagian belakangnya berbahan kaca, panel itu tetap meninggalkan bekas sidik jari ketika dipegang. Juga agak licin.
Namun, ini bisa diselesaikan hanya dengan menggunakan soft case silikon yang disediakan.
Layar
Poco F3 membawa layar Dynamic AMOLED 6,67 inci, resolusi Full HD+ atau 2400 x 1080 piksel, kecerahan maksimal 1.300 nits, refresh rate 120Hz, touch sampling rate 360Hz, dan dilapisi Gorilla Glass 5.
Dengan jenis AMOLED, Poco F3 mampu menampilkan animasi atau foto yang enak dipandang. Pengaman Gorilla Glass juga menjadi unggulan dari ponsel ini.
Perpaduan refresh rate 120Hz dan touch sampling rate 360Hz membuat Poco F3 mulus saat dipakai browsing di media sosial. Layarnya juga responsif saat digunakan bermain game.
Sayangnya, Poco F3 hanya menyediakan opsi refresh rate 60Hz dan 120Hz, tidak membawa adaptive seperti ponsel lain.
Dengan pilihan yang terbatas, kami akhirnya memilih opsi 120Hz yang tentu berefek pada borosnya baterai.
Kamera
Poco F3 membawa tiga lensa yang terdiri dari kamera utama 48 MP, kamera ultrawide 8 MP, dan kamera telemakro 5 MP. Sementara kamera depannya membawa lensa 20 MP.
Poco biasanya dikenal sebagai ponsel yang kurang unggul di sektor kamera. Tapi ketika kami coba Poco F3, hasil kameranya masih cukup memuaskan.
Saat kondisi terang, kamera mampu menangkap warna dan cahaya cukup tajam.
Sementara di kondisi gelap, kamera Poco F3 sangat wajib memakai mode malam dan HDR yang diaktifkan agar hasilnya bagus.
Salah satu yang kami suka adalah kamera telemakro 5 MP yang nyatanya bisa menghasilkan foto bokeh cukup bagus.
Biasanya, kamera ini yang menjadi pilihan brand untuk menurunkan kualitas, tapi di Poco F3 tidak.
Performa
Poco F3 diperkuat Snapdragon 870 yang dipasangkan dengan RAM 8 GB dan ROM 256 GB. Sementara baterainya berkapasitas 4.520mAh dengan fast charging 33W.
Performa memang menjadi faktor yang digemborkan di Poco F3.
Snapdragon 870 adalah prosesor kelas flagship, meskipun masih kalah sedikit dari kakaknya, Snapdragon 888. Tapi, Snapdragon 870 lebih adem ketimbang Snapdragon 888.
Saat dites dengan aplikasi AnTuTu Benchmark v9.2.0, Poco F3 meraih skor 676.606, tidak terlalu tinggi, tapi tidak rendah juga.
Sementara di aplikasi Geekbench, Poco F3 mendapat skor 985 untuk single core dan 3266 untuk multi score.
Usai melihat skor di atas kertas, kami mencoba performa game di Poco F3. Kami putuskan game terpilih adalah Mobile Legends, PUBG New State, dan Genshin Impact.
Mobile Legends sendiri mewakili game di kategori ringan. Hasilnya, tentu saja Poco F3 mampu menjalankan grafis Ultra tanpa kendala apapun.
Kemudian di PUBG New State, Poco F3 bisa melakukannya di opsi FPS Maks dan Grafis Ultra. Memang itu bukan opsi tertinggi, di mana pilihan FPS dan Grafis maksimal adalah Ultra.
Akan tetapi, Poco F3 mampu memainkan PUBG New State tanpa kendala apapun. Tidak ada lag atau freeze saat dicoba.
Mobile Legends kami mainkan hingga 20 menit dengan baterai yang hanya berkurang 5 persen.
Sementara PUBG New State dimainkan 25 menit dengan baterai berkurang 9 persen.
Selanjutnya adalah Genshin Impact sebagai game paling berat untuk semua smartphone. Hasilnya, Poco F3 mampu menjalankan opsi grafik tertinggi dengan 30 FPS.
Dengan grafis cukup tinggi itu, tentu saja berefek ke suhu yang panas.
Usai dimainkan selama 20 menit, suhu baterai Poco F3 mencapai 43,5 derajat celcius dan suhu CPU-nya 61,2 persen. Pengukuran ini dicatat lewat aplikasi AnTuTu v.9.2.0.
Jika kalian pemain Genshin Impact, sangat tidak disarankan untuk menggunakan grafis tinggi di Poco F3. Lebih baik menggunakan grafis menengah agar bisa main game lebih lama lagi.
Untuk penggunaan ringan seperti jelajah media sosial atau YouTube, baterai berkapasitas 4.520mAh itu mampu digunakan hingga pukul 8-9 malam.
Sementara jika dipakai campur untuk main game, jelajah media sosial, atau menonton video, Poco F3 hanya tahan sampai sore.
Meski begitu, charger 33W Poco F3 bisa mengisi daya ponsel dalam kurun waktu 40 menit. Dengan begitu konsumen tak perlu khawatir meski baterainya tak sampai 5.000mAh.
Kesimpulan
Poco F3 sangat cocok digunakan untuk mereka yang suka performa tinggi di ponsel berdimensi besar.
Layar responsif, Snapdragon 870, charger 33W, perpaduan sempurna untuk ponsel kelas flagship dengan harga di kelas menengah.
Kualitas kameranya lumayan, tidak terlalu bagus, tapi tidak jelek juga. Jika kalian lebih suka sektor kamera dibanding performa, ada ponsel lain yang memiliki kamera lebih baik untuk ponsel seharga Rp 5 jutaan.
Catatan lainnya adalah MIUI atau tampilan antarmuka. Kami mesti mematikan semua opsi rekomendasi agar Poco F3 tidak menampilkan iklan.
Bilah notifikasi juga sedikit rumit karena bagian kiri dan kanannya berbeda.
Sebagai contoh, jika mau melihat notifikasi seperti chat, kalian mesti menggulir dari atas ke bawah di bagian kiri kamera depan.
Sedangkan jika mau mematikan Wifi atau widget lain, kalian mesti mengusap bagian kanan.
Perlu diketahui juga, tidak ada port jack headphone 3.5mm di Poco F3. Untungnya Poco menyediakan converter USB-C to 3.5mm dalam boksnya.
Itu berarti ponsel tidak bisa dipakai bersamaan untuk mencolok headset kabel saat dalam keadaan charging.
Mungkin tidak masalah bagi kalian yang menggunakan headset bluetooth (wireless) atau membeli converter yang menampung jack headphone dan charger bersamaan.
Dengan harga Rp 5 jutaan, Poco F3 sangat direkomendasikan untuk kalian yang suka performa, layar responsif, hingga charger cepat.