Suara.com - Sebuah asteroid besar seukuran lemari es melesat melewati Bumi minggu lalu.
Uniknya, para astronom tidak tahu objek itu ada sampai beberapa jam setelah itu hilang.
Lintasan batu ruang angkasa pada 24 Oktober membawanya melintasi Antartika dalam jarak 1.800 mil (3.000 kilometer) dari Bumi, lebih dekat dari beberapa satelit.
Lokasi ini menjadikannya asteroid terdekat ketiga yang mendekati planet ini tanpa benar-benar menabraknya, dikutip Space dari Cnet, Minggu (7/11/2021).
Baca Juga: Persiapan Pesawat Ruang Angkasa DART NASA, Misi Pertahanan Asteroid Pertama
Para ilmuwan tidak menyadari objek, dijuluki Asteroid 2021 UA1, karena mendekati sisi siang hari Bumi dari arah Matahari.
Sehingga "pengunjung" yang relatif redup dan kecil tidak terdeteksi sampai sekitar 4 jam setelah lewat di titik terdekatnya, menurut Cnet.
Namun dengan diameter hanya 6,6 kaki (2 meter), Asteroid 2021 UA1 terlalu kecil untuk menimbulkan ancaman.
Bahkan jika itu menabrak Bumi, sebagian besar tubuh berbatunya akan terbakar habis di atmosfer sebelum bisa menyentuh tanah.
Komet dan asteroid yang mengorbit dalam lingkungan kosmik kita, mendekati Bumi dalam jarak 1,3 unit astronomi (120,9 juta mil, atau 194,5 juta kilometer) dikenal sebagai objek dekat Bumi (NEO), menurut Pusat Studi Objek Dekat Bumi (CNEOS) NASA.
Baca Juga: Asteroid Lebih Besar dari Piramida Giza Lintasi Bumi Oktober dan November
NASA menggunakan teleskop di darat dan di luar angkasa untuk menemukan dan memantau NEO untuk melacak orbitnya dan mengidentifikasi ukuran, bentuk, dan komposisinya.
Langkah ini dilakukan untuk menentukan objek yang berpotensi berbahaya, mengelola upaya ini melalui Kantor Koordinasi Pertahanan Planet dari badan tersebut.
Untuk sebuah objek yang dianggap berbahaya, ia harus berukuran setidaknya 460 kaki (140 m) dengan diameter, kata NASA.
Asteroid 2021 UA1 mungkin tidak cukup besar untuk mengancam planet ini.
Bagaimana dengan asteroid yang lebih besar yang mungkin menuju ke arah kita?
NASA juga sedang menyelidiki teknologi pertahanan untuk melindungi Bumi dari kemungkinan tabrakan dengan batuan luar angkasa yang lebih besar, melalui defleksi.
Uji Pengalihan Asteroid Ganda (DART), yang dijadwalkan diluncurkan pada 24 November mendatang, akan menguji metode untuk mengalihkan asteroid.
Menurut perwakilan NASA, caranya menabrakkan dengan pesawat ruang angkasa yang dikendalikan dari jarak jauh berkecepatan tinggi.
Para ilmuwan akan mengirim pesawat ruang angkasa DART meluncur ke asteroid biner dekat Bumi Didymos, yang berbentuk seperti gasing berputar dan memiliki dua badan.
Lebih besar berdiameter sekitar 2.600 kaki (780 m) dan bulan kecilnya berdiameter sekitar 520 kaki (160 m).
Menurut NASA, Didymos datang paling dekat ke Bumi pada 2003, meluncur pada jarak sekitar 4,5 juta mil (7,18 juta km), tetapi biasanya mengelilingi matahari tepat di luar jalur orbit Bumi.
Sementara Didymos tidak mengancam Bumi, itu hanya tentang ukuran yang tepat untuk menguji, apakah tabrakan dapat mendorong NEO yang cukup berbahaya untuk mengalihkannya dari jalur tabrakan dengan Bumi.
Namun, untuk mengalihkan asteroid, NASA perlu mendeteksinya sebelum menabrak Bumi.
Itu sebabnya misi lain, NEO Surveyor, sedang mengembangkan teleskop ruang angkasa inframerah yang dapat meningkatkan kemungkinan memata-matai asteroid licik seperti Asteroid 2021 UA1 yang mendekat dari belakang Matahari.
Hal ini diungkap dalam Lunar and Planetary Laboratory Universitas Arizona, yang bekerja sama dengan NASA.