Potensi dan Hambatan Adopsi Jaringan 5G di Indonesia

Dythia Novianty Suara.Com
Rabu, 27 Oktober 2021 | 09:58 WIB
Potensi dan Hambatan Adopsi Jaringan 5G di Indonesia
Ilustrasi jaringan 5G. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Era pandemi nyatanya turut mendorong tingkat adopsi 5G begitu cepat di Indonesia. Diawali Telkomsel, disusul Indosat Ooredoo, dan XL Axiata.

Operator lain seperti Smartfren pun bakal turut mengelar layanan jaringan super cepat tersebut.

Dalam gelaran Indonesia 5G Conference, bertema ‘Eksplorasi Teknologi dan Kasus Penggunaan (use case) Layanan 5G di Berbagai Industri’, membuka pandangan kita soal potensi 5G sebagai penggerak roda industri.

Shurish Subbramaniam, Chief Technology Officer Smartfren melihat, speed yang dihasilkan bukan main cepatnya, dan very low latency.

Baca Juga: IDC: Pengguna Jaringan 5G Meningkat, Harga Smartphone Diharapkan Terus Turun

"Sehingga untuk mengaplikasikan robot geraknya akan baik, karena tidak akan ada delay dan itu sangat baik untuk industri, karena otomatisasi di sisi manufakturing akan berjalan jauh lebih sempurna,” terang Shurish.

Kendati demikian, tantangan menggelar 5G yang ideal bagi industri masih terganjal dengan ketersediaan spektrum yang memadai.

Ilustrasi Tower Telekomunikasi [Shutterstock]
Ilustrasi Tower Telekomunikasi [Shutterstock]

Shurish ini menekankan soal spaktrum ideal 5G yang belum hadir di Indonesia.

“Spektrum 3,5 GHz, 2,6 GHz, atau frekuensi millimeter wave sangat dibutuhkan bagi ekosistem industri. Saya yakin pemerintah sedang bekerja keras untuk menghadirkan spektrum yang ideal 5G di Indonesia,” lanjutnya.

Sementara itu, Indra Mardiatna, Vice President Technology Strategy Telkomsel menjelaskan bahwa sejauh ini spektum 5G memang belum ideal.

Baca Juga: Realme GT Neo 2 Dipastikan Sudah Bisa Pakai Internet 5G Indonesia

“Tapi bukan berarti tidak bisa menggelar 5G. Analoginya itu spektrum dalam bisnis hotel misal itu tanahnya, ini merupakan fundamental. Lalu 5G sendiri akan lebih efisien dibandingkan 4G. Dan 5G itu lebih tinggi throughput ketimbang 4G,” terang Indra.

Kemudian ia juga berpandangan secara use case, untuk kebutuhan consumer 5G kalah kompleks jika dibandingkan dengan kebutuhan industri.

“Memang saya melihat oportunitinya 5G arahnya memang bakal jauh berperan pada transformasi digital dari sisi industri,” paparnya.

Sedangkan untuk menguatkan use case 5G di Tanah Air sendiri tentu dibutuhkan kolaborasi.

(Sumber: Shutterstock)
Ilustrasi menggunakan smartphone. (Shutterstock)

“Kami percaya kolaborasi melalui skema pentahelix yaitu kolaborasi antara pemerintah, kampus, pengusaha, komunitas dan media sangat dibutuhkan. Kami berharap kita jangan jadi pengguna (5G) saja kedepan, tapi berlanjut lebih jauh dan Indonesia bisa memanfaatkan dengan baik,” ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI